Selasa, 27 Desember 2011

Kasus Bambang Pamungkas cs, masih diusut

Tentunya kita masih ingat peristiwa yang terjadi pada hari Minggu (18/12) malam yang lalu. Bagi para penggemar Sriwijaya FC, peristiwa ini masih terniang dengan jelas diingatan karena kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh oknum pemain persija terhadap pemain Sriwijaya FC yang bernama Hilton Moreira dan Thierry Gathuessi, termasuk kedalam kategori tindak pidana.

Kasus yang diduga melibatkan Bambang Pamungkas tersebut, pada saat ini sedang diusut oleh pihak kepolisian karena pada waktu kejadian, sudah masuk dalam ranah penegak hukum. Bahkan, hari Jum'at yang lalu, Kepala Polisi Resort Kota (Kapolresta) Palembang telah melakukan pra rekonstruksi yang menghadirkan saksi korban dan juga saksi lainnya dari pihak Hotel Swarna Dwipa Palembang yang merupakan tempat kejadian perkara. Sanksi dari pihak hotel tersebut bernama Duddy Purnawan dan Dedi Oktara.

Sejatinya, kita sebagai penikmat pertandingan sepak bola sangat menyayangkan kejadian tersebut. Mereka yang menganggap diri mereka professional, ternyata belum mampu menahan emosi yang sebenarnya harus selesai ketika pertandingan sepak bola selesai dilaksanakan. Apalagi penyebab pengeroyokan tersebut adalah hal sepel yang merupakan bagian dari permainan sepak bola.

Peristiwa pengeroyokan ini disebabkan oleh teknik diving yang dilakukan oleh pemain Sriwijaya FC yang bernama Hilton Moreira. Teknik diving tersebut boleh dilakukan asal tidak diketahui oleh wasit karena merupakan bagian dari teknik bermain sepak bola. Tetapi, jika wasit mengetahui, seseorang yang menggunakan tekhnik tersebut harus siap untuk menerima kartu kuning atau bahkan kartu merah dari sang penguasa di lapangan hijau.

"Awal mula kejadian lantaran Hilton Moreira dipojokkan salah satu pemain Persija yang menyebutnya sering diving (menjatuhkan diri saat bermain). Menanggapi kecaman tersebut Hilton menjawab, biarlah wasit yang mengatur dan menentukan." kata Kapolresta Palembang Kombes Pol Drs Agus Sulistiyono, MSi melalui Kasat Reskrim Kompol Frido Situmorang, SIk, SH. (inilah.com)

Kedua manajemen telah sepakat untuk melakukan perdamaian demi sepak bola Indonesia yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan surat permintaan maaf dari pihak Persija yang ditandatangani oleh Presiden klub yang bernama Ferry Paulus yang ditujukan kepada Presiden Klub Sriwijaya FC yang bernama Dodi Reza.

"Pada hari ini Sriwijaya FC telah menerima Surat dari Persija, Jakarta yang ditandatangani oleh Presiden Klubnya Bapak Ferry Paulus, yang secara resmi telah menyampaikan surat permohonan maaf kepada Sriwijaya FC yang suratnya ditujukan kepada Bapak H. Dodi Reza Alex Noerdin, Presiden Klub Sriwijaya FC atas terjadinya insiden pemukulan/pengeroyokan pada tanggal 18 Desember 2011." Kata Sekretaris PT. Sriwijaya Optimis Mandiri yang bernama Faisal Mursyid.

Walaupun kedua pihak telah melakukan perdamaian, namun kasus ini masih tetap diproses oleh aparat penegak hukum karena kejadian berlangsung diwilayah aparat penegak hukum. Manajemen Sriwijaya FC pun menyatakan bahwa biarlah aparat penegak hukum yang memproses kejadian ini.

"Manajemen sepakat berdamai, ini demi kelangsungan kompetisi, artinya demi kemajuan sepakbola, tetapi untuk ranah hukum kita hormati proses yang sedang berjalan," kata Direktur Keuangan PT Sriwijaya Optimis Mandiri yang bernama Augie Bunyamin pada hari Sabtu (24/12/2011). (tribunnews.com)

Sementara itu, kelompok supporter Sriwijaya FC dari yang bernama BELADAS, mengatakan bahwa alangkah baiknya kalau pemain persija yang terlibat langsung dalam kasus pengeroyokkan tersebut, memimta maaf secara khusus kepada Hilton dan Thierry serta kepada para penggemar Sriwijaya FC secara keseluruhan.

"Kami yakin bahwa manajemen bisa memberi maaf. Tetapi pemain yang jadi korban seperti Thierry Gathuessi dan Hilton Moreira belum tentu bias menerima, apalagi sempat dipukuli. Oleh karena itu, kami menyarankan agar mereka bias meminta maaf kepada Hilton dan Thierry melalui media dan juga mungkin mereka harus mengganti biaya pengobatan sera meminta maaf kepada manajemen dan pengelola Hotel Swarna Dwipa" Kata Ketua BELADAS Korwil SMS yang bernama Eddy Ismail (Sumatera Ekspress, Senin 26 Desember 2011 Halaman 2)

Kini, biarkanlah kasus ini ditangani oleh pihak yang berwajib. Kita sebagai penonton dan pendukung tidak perlu untuk ikut campur karena ini murni tindak kriminal. Kita hanya mendukung pemain dan klub yang kita sayang selama mereka berada di jalur yang benar.

Semoga saja kasus ini menjadi kasus yang terakhir dalam dunia sepak bola di Indonesia. Semoga saja!!!

Palembang, 26 Desember 2011

Minggu, 25 Desember 2011

Satu warna, tidaklah penting

Saya termasuk kedalam kategori orang yang tidak terlalu suka untuk dipaksa memakai baju yang berwarna sama ketika menyaksikan pertandingan sepak bola. Saya merasa bahwa kesamaan dapat menghambat kreatifitas dan kebebasan seseorang dalam mendukung tim yang mereka banggakan.

Bagi beberapa orang yang menjadi penggemar sepak bola, kesamaan pakaian dalam menyaksikan pertandingan sepak bola sangatlah penting. Mereka sangat militant dalam mengajak orang untuk memakai warna yang sama ketika menyaksikan tim mereka bertanding di stadion kebanggaan mereka.

Saya sangat menghargai niat dan usaha para penggemar sepak bola yang berusaha untuk mengajak para penonton untuk memakai baju yang berwarna sama ketika menyaksikan pertandingan sepak bola. Tetapi saya juga berharap agar kiranya mereka juga menghargai keputusan orang-orang yang tidak ingin memakai warna yang sama ketika menyaksikan pertandingan sepak bola karena mereka memiliki alasan yang berbeda-beda sehingga mereka tidak mau memakai warna yang sama ketika menyaksikan pertandingan tersebut.

Hal terpenting dalam menyaksikan sebuah pertandingan sepak bola adalah bagaimana caranya kita mendukung tim kebanggaan kita dengan kreasi dan inovasi, sehingga para pemain yang membela klub yang kita banggakan, bisa termotivasi untuk terus berjuang mendapatkan hasil yang terbaik. Selain itu, hal yang terpenting adalah bagaimana caranya agar kita bisa menciptakan suasana yang aman, tentram, dan damai ketika kita menyaksikan pertandingan sepak bola dan juga tidak memiliki permusuhan dengan sesama pendukung satu klub ataupun dengan pendukung klub lain. Percuma saja kalau stadion diisi oleh orang-orang yang memakai baju yang sama, tetapi mereka bermusuhan dan juga dengan pendukung klub lain mereka bermusuhan. Tentunya sangat merugikan kalau kita mempunyai musuh dari pendukung klub lain yang berada di luar dari daerah kita. Kita tidak bisa mendukung para pemain di klub kebanggaan kita dan tentunya ini akan sedikit mempengarhui semangat para pemain karena mereka tidak mendapatkan dukungan dari pendukung mereka.

Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena pada saat ini para pendukung Sriwijaya FC sudah menciptakan kedamaian antara sesama pendukung di Stadion dan juga dengan para pendukung dari klub lain. Para pendukung Sriwijaya FC sudah sepantasnya dijadikan contoh oleh pendukung klub lain dalam mendukung tim kebanggaan mereka. Para pendukung Sriwijaya FC lebih mengedepankan persaudaraan dan perdamaian dalam mendukung tim kebanggaan mereka karena mereka menyadari bahwa semua pendukung klub sepak bola di Indonesia adalah bersaudara, saudara sebangsa dan setanah air.

Tetapi memang pada saat ini, sangat banyak penonton yang menyaksikan pertandingan kandang Sriwijaya FC, tidak memakai baju berwarna kuning. Seperti yang saya katakana sebelumnya, biarkanlah mereka merasa bebas tanpa medapatkan “paksaan” bahwa ketika mereka menyaksikan Sriwijaya FC bertanding di Jakabaring, mereka harus memakai baju yang berwarna kuning. Kalau “paksaan” ini terjadi, maka keinginan untuk melihat stadion gelora sriwijaya jakabaring menjadi ramai, tidak akan terwujud. Biarkanlah mereka bebas menentukan apa keinginan mereka karena mereka memiliki alasan yang berbeda-beda dan tentunya tidak dapat kita paksakan. Tujuan utama kita menyaksikan pertandingan Sriwijaya FC di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring adalah untuk mendukung para pemain Sriwijaya FC untuk mendapatkan hasil yang terbaik, bukan untuk menyamakan warna baju agar enak dilihat oleh orang lain.

Percayalah bahwa suatu saat nanti, stadion akan dipadati oleh penonton dan supporter Sriwijaya FC yang memakai baju berwarna kuning, membentangkan syal yang bertuliskan Sriwijaya FC, meniupkan terompet, dan membentuk gelombang ombak seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Semua itu akan kembali terjadi jikalau kita saling menghargai alasan, menciptakan kedamaian, dan menerima segala hasil yang terjadi setelah pertandingan selesai. Jika itu semua telah dilaksanakan, maka impian tersebut bisa menjadi kenyataan dan semuanya akan bertambah nikmat jika Sriwijaya FC menjadi juara. Semoga saja.

Palembang, 25 Desember 2011

PSSI kekanak-kanakan

Sebagai penggemar Sriwijaya FC, saya sangat terkejut dengan keputusan sanksi yang diberikan oleh Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) kepada Sriwijaya FC. Klub kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan itu diberikan sanksi berupa penurunan kasta dari kasta tertinggi menjadi kasta kedua yaitu divisi utama pada musim 2012/2013 nanti. Selain itu, Sriwijaya FC juga didenda uang sebesar 500 juta rupiah.

Saya menilai bahwa keputusan PSSI tersebut diambil tanpa memperhatikan alasan-alasan yang ada sebelumnya. Latar belakang dikeluarkannya keputusan tersebut adalah dikarenakan Sriwijaya FC tidak mau bertanding melawan Persebaya dalam kompetisi Indonesian Premier League (IPL).

Manajemen Sriwijaya FC yang dalam hal ini diwakili oleh Direkter Teknik dan Sumber Daya Manusia PT. Sriwijaya Optimis Mandiri (PT. SOM) yang bernama Hendry Zainuddin mengatakan bahwa manajemen Sriwijaya FC telah menyiapkan manajemen, pelatih, dan pemain untuk memperkuat Sriwijaya FC di IPL. Tetapi tim tersebut tidak jadi diberangkatkan karena menanti surat balsan dari PSSI terkait dengan kepastian Sriwijaya FC menjalani pertandingan di IPL.

“Kami sudah menyiapkan tim dan akan berangkat menghadapi Persebaya, namun surat berbeda justru diturunkan oleh PSSI. Sebelumnya PSSI mengirimkan surat mengenai desakan agar kami meninggalkan ISL.” Kata Hendry Zainuddin.

Sebelumnya,Manajemen Sriwijaya FC telah menerima surat dari PSSI yang bernada desakan agar Sriwijaya FC meninggalkan kompetisi Indonesian Super League (ISL) dan memilih berlaga di kompetisi yang katanya diakui oleh PSSI, dalam hal ini adalah IPL.

Surat PSSI tersebut ditanggapi oleh manajemen Sriwijaya FC dengan memberikan surat balasan yang berisi jawaban bahwa Sriwijaya FC tidak bisa meninggalkan ISL, tetapi tetap mengikuti IPL dengan mengirimkan tim untuk berlaga di kompetisi tersebut.

Sebagian besar penggemar Sriwijaya FC memang menginginkan agar Sriwijaya FC bergabung dalam kompetisi yang diisi oleh klub-klub yang berpengalaman dan juga lebih berkualitas. Alasan itulah yang membuat manajemen Sriwijaya FC tetap mengikuti ISL. Tetapi, sebagai klub yang berada dibawah naungan PSSI, manajemen Sriwijaya FC harus mengikuti kompetisi yang dibuat oleh PSSI, dalam hal ini adalah IPL. Oleh karena itu, manajemen Sriwijaya FC telah menyiapkan tim untuk berlaga di IPL dan meminta PSSI memberikan kepastian bahwa Sriwijaya FC bisa berlaga di kompetisi IPL.

Setelah sekian lama menunggu surat balasan dari PSSI yang tidak kunjung datang, maka manajemen Sriwijaya FC pun memutuskan untuk tidak melakukan pertandingan melawan Persebaya dikarenakan kepastian dari PSSI tidak didapatkan.


“Kami menegaskan bahwa kami tidak bisa meninggalkan ISL karena hal tersebut merupakan aspirasi dari sebagian besar masyarakat sumatera selatan dan penggemar Sriwijaya FC dan kami tetap mengikuti IPL karena menghormati dan taat pada perintah PSSI. Namun nyatanya, tidak ada jawaban dari PSSI dan kami pun memutuskan untuk tidak berangkat melawan Persebaya dikarenakan kami masih menunggu jawaban dari PSSI.” Kata Hendry Zainuddin.


Ternyata, setelah beberapa hari berlalu sejak Sriwijaya FC tidak jadi bertanding melawan Persebaya, manajemen Sriwijaya FC mendapatkan surat pemberitahuan bahwa Sriwijaya FC diberikan sanksi berupa denda sebesar lima ratus juta rupiah dan penurunan kasta dari level tertinggi menjadi penghuni level kedua yaitu divisi utama pada musim kompetisi 2012/2013.

Manajemen Sriwijaya FC tidak hanya diam menanggapi keputusan tersebut. Presiden klub memerintahkan kepada jajaran manajemen untuk melakukan banding dan menyiapkan pengacara untuk melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh PSSI. Memori banding nantinya akan dikirimkan pada tanggal 28 Desember 2011 yang berisi empat poin penolakan yaitu penolakan degradasi atas nama SFC dan PT. SOM dari IPL, penolakan degradasi tim Sriwijaya FC ke divisi utama musim 2012/2013, penolakan membayar denda sebesar lima ratus juta rupiah, dan penolakan pencabutan izin transfer pemain pada musim kompetisi 2012/2013 nanti.

“Memori banding telah dibuat dan akan diajukan pada tanggal 28 Desember 2011 mendatang. Memori tersebut berisi penolakan terhadap 4 poin yang berisi keputusan PSSI. Adapun penolakan tersebut yaitu Manajemen Sriwijaya FC menolak degradasi atas SFC dan PT. SOM dari IPL karena hingga jum’at (23/12) malam, SFC masih tercatat disitus FIFA sebagai anggota IPL. Kedua, kami menolak degradasi ke Divis Utama. Ketiga, kami menolak membayar denda sebesar lima ratus juta rupiah karena Sriwijaya FC tidak merugikan pihak sponsor karena sampai saat ini, Sriwijaya FC masih menyatakan mengikuti IPL. Keempat, manajemen Sriwijaya FC menolak pencabutan izin transfer pemain.” Kata Direktur Keuangan PT. SOM yang bernama Augie Bunyamin.

Saya sangat bingung dengan keputusan PSSI ini. Beberapa waktu yang lalu, PSSI meminta agar Sriwijaya FC mengikuti IPL, permintaan tersebut pun akhirnya dipenuhi. Tetapi ternyata Sriwijaya FC mendapatkan sanksi dengan alasan tidak mau bergabung dengan IPL karena tidak menjalani pertandingan melawan Persebaya.

Seharusnya, pada awalnya ketua dan sebagian pengurus PSSI tidak terlalu arogan. Mereka seharusnya mengajak duduk bersama dan berkomunikasi dengan semua anggota PSSI dan pengurus klub yang berada dibawah kepemimpinanannya guna membahas bagaimana system kompetisi nantinya akan dibangun. Bukan malah menjadi otoriter dan lebih mementingkan kepentingan golongan mereka sendiri. Tindakan otoriter tentunya akan menimbulkan pembangkangan yang dilakukan oleh anggota PSSI terhadap ketua dan pengurusnya. Hasilnya adalah seperti yang kita rasakan saat ini. Kompetisi terbagi menjadi dua, dimana setiap pengurus kompetisi merasa bahwa mereka benar. Pemain, penonton, dan supporter, serta pengamat dibuat bingung oleh tindakan kekanak-kanakan yang dilakukan oleh ketua PSSI dan sebagian pengurus PSSI.

Semoga saja permasalahan ini bisa segera selesai sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan kita bisa melihat sang garuda terbang tinggi di asia tenggara, benuia asia, dan dunia. Semoga saja.

Rujukan : Koran Sriwijaya Post terbitan hari Sabtu tanggal 24 Desember 2011 halaman 12 dengan judul SFC tantang PSSI

Refreshing bersama keluarga di Stadion

Seorang Ibu bersama anaknya di Stadion GSJ
Saat ini, mungkin sangat banyak rakyat Indonesia yang bingung dengan hidup mereka selama menjadi rakyat. Bagaimana tidak, para pemimpin bangsa lebih cenderung untuk memperkaya diri dan golongan mereka sendiri. Sementara untuk kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya, mungkin termasuk kedalam kategori yang tidak harus mereka fikirkan.

Kebingungan yang dirasakan oleh rakyat tersebut terkadang membuat mereka menjadi stress dan membutuhkan refreshing. Tetapi tidak sedikit tempat wisata yang mematok harga masuk dengan sangat mahal. Alhasil, mereka pun tidak bisa refreshing ditempat wisata.

Mereka yang bingung ternyata harus memutar otak agar bagaimana caranya mereka bisa refreshing, baik sendirian ataupun bersama keluarga mereka. Akhirnya, menyaksikan sebuah pertandingan sepak bola di Stadion menjadi alternatif refreshing bagi mereka guna menghilangkan kejenuhan dari penatnya menatap kehidupan sebagai rakyat Indonesia.

Mungkin, pada saat ini masih sangat sedikit orang yang mau mengajak keluarganya menyaksikan pertandingan sepak bola di stadion. Selain dikarenakan masih banyak orang yang tidak menyukai olahraga ini, alasan keamanan juga menjadi pertimbangan bagi mereka untuk tidak menyaksikan pertandingan di stadion ataupun mengajak keluarga mereka menyaksikan pertandingan sepak bola di stadion.

Menurut saya, pada saat ini para penggemar Sriwijaya FC sudah seharusnya dijadikan contoh bagi banyak penonton sepak bola di Indonesia. Sudah beberapa tahun terakhir ini, saya menyaksikan para penonton sriwijaya fc bisa sangat santai mengajak keluarganya menyaksikan pertandingan sepak bola tanpa harus merasa takut akan terjadi suatu kerusuhan.

Saya biasanya menyaksikan pertandingan kandang Sriwijaya FC di Tribun Barat Atas yang biasanya diisi oleh para penonton umum yang terdiri dari anak muda, orang dewasa, sampai orang tua. Selain itu, saya juga pernah menyaksikan pertandingan kandang Sriwijaya FC di Tribun Timur yang diisi oleh Supporter Sriwijaya FC yang bernama Beladas dan Tribun Utara yang diisi oleh Supporter Sriwijaya FC yang bernama Singa Mania. Sementara tribun selatan digunakan sebagai tempat bagi supporter tim tamu.

Selama menyaksikan pertandingan Sriwijaya FC dari semua tribun, saya mendapatkan satu buah pemandangan yang sama yaitu banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya menyaksikan pertandingan tersebut. Bahkan mereka pun menyempatkan makan bersama layaknya sedang piknik ditempat rekreasi ketika istirahat babak pertama dilaksanakan. Bahkan, momen seperti itu sempat saya abadikan dalam sebuah foto. Tetapi dikarenakan suatu hal, foto tersebut terhapus.

Semoga saja nantinya, semakin banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya menyaksikan pertandignan sepak bola di stadion. Hal ini tentunya harus ditunjang dari kedewasaan para supporter untuk menerima hasil yang telah terjadi. Supporter bisa berlapang dada dengan keputusan wasit dan tidak mau menciptakan kerusuhan karena mereka mendukung tim kesayangan mereka dengan satu tujuan mendapatkan kepuasan batin yang pastinya dilakukan tanpa menciptakan kerusuhan ataupun kericuhan. Semoga saja.. Aaamiin.

Palembang, 19 Desember 2011

Dua orang anak kecil  menyaksikan pertandingan Sriwijaya FC

Keuntungan Untuk Semua

Pedagang Terompet
Pertandingan sepak bola termasuk kedalam jenis olahraga yang mempunyai penonton terbanyak pada setiap pelaksanaannya. Biasanya, penonton dari pertandingan sepak bola paling sedikit berjumlah dua puluh dua orang dan paling banyak bisa menyentuh angka seratus ribu penonton dan bahkan bisa lebih dari jumlah tersebut.

Tentunya, banyaknya penonton yang menyaksikan pertandingan sepak bola akan memberikan keuntungan bagi semua pihak. Pemain akan memperoleh keuntungan semangat setelah didukung oleh banyak penonton, pihak klub beruntung karena mendapatkan pemasukan dari tiket masuk yang dibeli oleh penonton, dan penonton juga akan mendapatkan keuntungan yaitu kepuasan batin mereka karena bisa menyaksikan dan mendukung pemain kesayangan mereka bertanding. Bahkan yang juga tidak kalah beruntung adalah para pedagang yang berjualan disekitar wilayah pertandingan tersebut dilaksanakan.

Seperti kita ketahui bersama bahwa dimana ada keramaian, pasti akan ada pedagang yang berusaha memperoleh penghasilan dengan jalan menjual dagangannya. Hal tersebut juga terjadi pada pertandingan sepak bola yang mempertemukan Sriwijaya FC dengan Persija Jakarta pada hari Minggu (18/12) yang lalu di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.

Seperti biasa, sebelum masuk kedalam stadion guna menyaksikan pertandingan, saya dan rombongan menyempatkan waktu untuk berumpul didepan pintu masuk utama stadion. Setelah semuanya berkumpul, maka kami akan langsung masuk. Biasanya, tribun barat atas menjadi tempat favorit saya dan rombongan saya.

Ketika berada didepan pintu utama tersebut atau mungkin disemua wilayah stadion, kita akan mendapatkan banyak pedagang yang medagangkan barang dagangannya. Mulai dari terompet, makanan, minuman, dan lain sebagainya. Mereka berlomba merayu para penonton yang datang untuk membeli barang dagangannya agar mereka mendapatkan penghasilan.

Selain itu, biasanya para pedagang tersebut juga menjual barang dagangannya didalam stadion. Mereka menjual barang dagangannya ketika istirahat babak pertama dimula, disaat banyak para penonton yang merasa haus dan lapar setelah mendukung tim kesayangan mereka selama empat puluh lima menit babak pertama.

Hal ini merupakan satu buah kondisi yang sangat baik dimana semua pihak mendapatkan keuntungan. Tentunya, kondisi yang baik seperti ini jangan sampai diganggu atau bahkan dihilangkan dari kehidupan masyarakat ketika mereka menyaksikan pertandingan sepak bola karena kondisi seperti ini merupakan simbiosis mutualisme yang sangat baik dari menyaksikan pertandingan sepak bola.

Apakah anda merasakan apa yang dirasakan oleh saya dan rombongan saya? Semoga saja anda juga merasakan dan mari kita berdo’a agar kondisi yang kita rasakan ini tidak dihancurkan oleh perbuatan oknum yang ingin memperkaya diri dengan cara yang tidak perkenankan oleh kita semua.

Si Kecil sang Pedagang Terompet

Palembang, 19 Desember 2011

Sabtu, 24 Desember 2011

Tidak Profesional

Pertandingan antara Sriwijaya FC melawan Persija Jakarta hari minggu (18/12) yang lalu, ternyata merupakan pertandingan yang sangat "panas" dilapangan dan diluar lapangan. Sebelumnya, ketika pertandingan berjalan, beberapa orang penonton terlibat dalam kericuhan kecil. Selain itu, sekitar satu jam setelah pertandingan selesai, pengeroyokan terhadap pemain pun terjadi.

Pemain Sriwijaya FC yang bernama Thierry Gathuessi mengalami pengeroyokan yang dilakukan oleh oknum pemain Persija Jakarta. Pemain yang bertugas menjaga lini belakang Sriwijaya FC tersebut, mengalami luka ditangan kanannya.

Menurut informasi yang beredar, kejadian berawal ketika pemain Sriwijaya FC yang bernama Hilton Moreira terlibat diskusi berat dengan pemain Persija Jakarta yang bernama Ismed Sofyan. Ternyata, diskusi tersebut berujung pada pengeroyokan terhadap Hilton Moreira.

Hilton yang terpojok, berusaha kabur ke arah kamar dekat ruang lobi. Tapi dia tetap dikejar oleh beberapa pemain Persija Jakarta, termasuk Bambang Pamungkas. Ditempat itulah, Hilton jadi bulan-bulanan pukulan dari para pemain Persija Jakarta. Berdasarkan kesaksian, Hilton mendapatkan pukulan dan tendangan dan dihajar beramai-ramai oleh pemain Persija Jakarta.

Thierry Gathuessi yang melihat Hilton dipukuli, mencoba untuk membantu dan melerai. Namun ternyata, Thierry juga ikut dikeroyok. Thierry kemudian melarikan diri ke tangga menuju lantai dua, tetapi dia malah diikuti oleh Ismed dan Leo serta beberapa pemain Persija Jakarta. Thierry berhasil melarikan diri setelah dibantu oleh seorang pengendara sepeda motor dan langsung dibawa menuju Mess Pertiwi guna mengobati cidera luka yang dialaminya.

Tentunya, kita semua sangat menyayangkan peristiwa ini terjadi. Sebenarnya, sebagai seorang pemain sepak bola profesional, pengeroyokan ini tidak pantas terjadi. Kejadian dilapangan jangan dibawa keluar lapangan karena pertandingan sepak bola adalah sebuah permainan yang terkadang memang sering memancing emosi, tetapi itu semua adalah bagian dari permainan. Ketika pertandingan telah selesai, semuanya harus dilupakan, tidak ada emosi yang dipendam.

Semoga saja kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pemain sepak bola di Indonesia karena mereka adalah pemain yang mengaku bahwa mereka adalah profesional. Selain itu, jangan sampai persaudaraan antar supporter menjadi renggang karena perselisihan. Semua hal akan indah dan baik kalau kita menempatkan sebuah permasalahan pada tempatnya yang benar dan memikirkannya dengan fikiran yang jernih agar hati bisa merasakan sebuah kedamaian.

Palembang, 19 Desember 2011

Rujukan :

1. Harian Umum Sriwijaya Post terbitan hari Sabtu tanggal 24 Desember 2011 halaman 1 dan halaman 11.

Senin, 05 Desember 2011

Sriwijaya FC rekrut Ilham Jaya Kusuma

Manajemen Sriwijaya FC akhirnya menambah satu amunisi baru lagi guna memperkuat barisan pemain Sriwijaya FC pada musim kompetisi 2011/2011. Kali ini, pemain asli kota Palembang yang direkrut oleh manajemen Sriwijaya FC. Pemain tersebut bernama Ilham Jaya Kusuma.

Ilham resmi tanda tangan kontrak pada hari Jum’at (02/12) malam yang lalu. Disaksikan oleh Direktur Teknik dan Sumber Daya Manusia PT. Sriwijaya Optimis Mandiri dan juga Presiden Klub, Ilham tanda tangan kontrak di Hotel Swarna Dwipa Palembang.

Direktur Teknik dan SDM PT. Sriwijaya Optimis Mandiri yang bernama Hendry Zainuddin mengatakan bahwa Ilham Jaya Kusuma direkrut karena berdasarkan referensi dari Pelatih Sriwijaya FC yang bernama Kas Hartadi. Kas Hartadi menilai bahwa Ilham termasuk pemain yang berkualitas.

“Ilham Jaya Kusuma sudah deal dengan manajemen Sriwijaya FC. Hari Jum’at malam, Dia akan tanda tangan kontrak dihadapan Presiden Klub. Semoga Ilham bisa kembali menunjukkan penampilan terbaiknya dan bisa membawa Sriwijaya FC menjadi juara.” Kata Hendry Zainuddin.

Secara terpisah, Pelatih Sriwijaya FC yang bernama Kas Hartadi mengatakan bahwa Ilham masih layak bermain di level tertinggil ISL dan masih seperti pemain yang masih muda.

“Ilham sangat layak bermain di level tertinggi di ISL. Ilham masih punya kekuatan seperti pemain yang lebih muda. Dia tidak kami bawa ke Kerawangan dan Bandung dikarenakan baru saja teken kontrak bersama manajemen jum'at malam. Sementara tim yang saya bawa hari ini adalah tim yang telah terbentuk dari beberapa bulan lalu. Pada pertandingan berikut, ia pasti dimainkan." Jelas Kas Hartadi.

Ilham tidak diikutsertakan ketika Sriwijaya FC melakukan pertandingan pertama di Kompetisi Indonesian Super League melawan Pelita Jaya hari Sabtu (02/03). Ilham berpeluang tampil ketika Sriwijaya FC menghadapi PSPS Pekanbaru di Palembang pada hari minggu (11/12) nanti.

pelita kesakitan ditampar pempek palembang

Sriwijaya FC akhirnya memecahkan rekor tidak pernah kalah ketika laga perdana kompetisi Indonesian Super League (ISL) dimulai. Selama beberapa musim sebelumnya, Sriwijaya FC selalu mengalami kekalahan ketika menjalani laga pertama kompetisi ISL. Kali ini, Pelita Jaya yang menjadi korbannya.

Bertempat di Stadion Singa Perbangsa, Sabtu (03/12) Sore, Sriwijaya FC berhasil mehantam Pelita Jaya dengan skor telah 1-3 melalui dua gol yang dicetak oleh Kayamba Gumbs dan Gelandang Sayap Kiri Sriwijaya FC yang bernama Siswanto.

Ketika peluit babak pertama dimulai, Sriwijaya FC langsung mengambil inisiatif untuk memulai penyerangan. Ternyata inisiatif ini langsung berbuah gol yang dicetak oleh Keith Kayamba Gumbs disudut kiri gawang Pelita Jaya yang dijaga oleh Shahar Mudzhakar. Gol ini pun membuat Keith Kayamba Gumbs masuk dalam rekor pencetak gol tercepat dalam sejarah ISL yaitu detik ke 38.

Setelah ketinggalan 0-1, Pelita Jaya mulai menyusun serangan. Tetapi selalu berhasil digagalkan oleh pemain tengah Sriwijaya FC. Sriwijaya FC yang mengandalkan serangan balik, berhasil memanfaatkan lemahnya koordinasi lini belakang Pelita Jaya dan berhasil mencetak gol melalui Siswanto setelah memanfaatkan umpan dada dari Firman Utina.

Pada akhir babak pertama, Pelita Jaya akhirnya bisa memperkecil kedudukan menjadi 1-2 setelah memanfaatkan umpan dari tendangan sudut yang pada akhirnya memperdaya penjaga gawang Sriwijaya FC yang bernama Ferry Rotinsulu. Hingga babak pertama selesai, kedudukan masih 1-2 untuk keunggulan Sriwijaya FC.

Memasuki babak kedua, Pelita Jaya mulai mengambil inisiatif untuk melakukan serangan. Pola permainan yang ditampilkan oleh para pemain Pelita Jaya sangat jauh berubah dari babak pertama. Tercatat beberapa kalia peluang berhasil diciptakan, tetapi tidak ada yang berbuah gol. Sriwijaya FC yang memanfaatkan serangan balik, berhasil menciptakan tiga peluang manis yang diantaranya dua peluang penalty dan satu tendangan yang membentur tiang gawang. Penalti yang dieksekusi oleh Ponaryo Astaman dan Keith Kayamba Gumbs, tidak ada yang berbuah gol.

Sriwijaya FC akhirnya memastikan kemenangan setelah Keith Kayamba Gumbs mencetak gol kedua setelah memanfaatkan umpan manis dari Firman Utina di kotak Penalti Pelita Jaya. Keith Kayamba Gumbs berhasil melepaskan tendangan keras kedalam gawang Pelita Jaya. Sampai akhir babak kedua, Sriwijaya FC menang dengan kedudukan 1-3.

Sriwijaya FC akan menjalani pertandingan selanjutnya melawan Persib Bandung di Stadion Silliwangi pada tanggal 07 Desember 2011. Pertandingan ini sendiri akan disiarkan secara langsung oleh salah satu tv swasta yang ada di negeri ini.