Jumat, 10 Agustus 2012

Mantan Pelatih Sriwijaya FC 2005-2011

Logo Sriwijaya FC ( internet / sriwijaya-fc.com )
Kita tentu sering mendengar sebuah kalimat yang berbunyi, “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah”. Kalimat tersebut sering juga disingkat dengan "JAS MERAH" yang merupakan kalimat peringatan dari mantan Presiden Republik Indonesia yang bernama Ir. Soekarno dan juga merupakan proklamator kemerdekaan Indonesia.

Betapa dahsyat kalimat peringatan tersebut. Kalimat tersebut mengingatkan kita agar tidak pernah melupakan sejarah yang telah terjadi. Sejarah bisa kita gunakan sebagai kenangan atau bahkan sebagai sarana pembelajaran bagi kita untuk menjadi lebih baik dari masa lalu.

Setiap sendi kehidupan ataupun bagian dari negara ini, pasti mempunyai sejarah. Salah satunya adalah sejarah perjalanan Sriwijaya FC yang merupakan klub kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan.

Selama perjalanan Sriwijaya FC, sejak lahir pada 23 Oktober 2004 yang lalu, sampai musim 2011/2012 yang lalu, telah banyak sekali menghadirkan kisah dan cerita serta tentunya sejarah tentang orang-orang yang pernah menjadi pelatih di Sriwijaya FC.

Mantan pelatih tersebut telah menjadi bagian dari sejarah perjalanan hidup Sriwijaya FC dengan prestasi yang telah didapatkan oleh klub yang sering dipanggil dengan nama Laskar Wong Kito ini. Tercatat, ada lima orang yang pernah menjadi mantan pelatih Sriwijaya FC. Lima orang mantan pelatih tersebut adalah Erick William, Jenni Wardin, Suimin Diharja, Rahmad Darmawan, dan Ivan Kolev.


1. Erick William (2005)

Setelah Sriwijaya FC di take over oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang sebelumnya bernama Persijatim Solo FC, jajaran manajemen yang dibentuk oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, langsung menunjuk Erick William menjadi pelatih Sriwijaya FC.

Sebelum menjadi pelatih Sriwijaya FC, Erick William merupakan pelatih Persijatim Solo FC yang merupakan cikal bakal berdirinya Sriwijaya FC. Selama menjadi pelatih Persijatim Solo FC, pelatih berkebangsaan Australia namun lahir di Inggris ini, tidak terlalu menunjukkan keberhasilan. Ketika kita mencari informasi mengenai Erick William dengan menggunakan mesin pencari di internet, maka kita akan mendapatkan informasi mengenai kekalahan ataupun hasil imbang yang didapatkan oleh Persijatim Solo FC.

Salah satu pertandingan yang dilalui oleh Persijatim Solo FC pada waktu dibawah kepelatihan Erick William adalah hasil imbang yang didapatkan ketika melawan PSM Makassar pada hari Kamis tanggal 23 September 2004. Pada saat selesai pertandingan tersebut, Erick William langsung pulang ke mess tanpa menemui pemainnya terlebih dahulu di kamar pakaian.

Pada saat itu, Pertandingan antara Persijatim Solo FC melawan PSM Makassar dilaksanakan di Stadion Manahan Solo dan dipimpin oleh Wasit Yesayas Leihitu. Ketika babak pertama selesai, Persijatim unggul 1-0 melalui gol yang dicetak oleh Greg Nwakonu pada menit ke 9. Namun, keunggulan tersebut akhirnya bisa disamakan oleh Marc Orland pada menit ke 79. Hingga akhir pertandingan, kedudukan 1-1 tetap tidak berubah. (suaramerdeka.com : Erick Williams Sangat Kecewa)

Setelah menjadi pelatih Sriwijaya FC pada awal Sriwijaya FC berdiri, Erick William pun tidak dapat menunjukkan kemampuannya untuk membawa Sriwijaya FC menjadi klub sepak bola yang terbaik di Indonesia. Padahal, waktu itu Sriwijaya FC diisi oleh pemain-pemain yang sesuai antara kemampuan yang mereka miliki dengan posisi bermain mereka. Adapun beberapa pemain yang ada pada masa kepelatihan Erick William adalah Carlos Renato Elias, Jarot, Eka Santika, Deni Santika, Khairo Rifo, Hernan Ariel, Fauzi, Wenzi, Septarianto, Andre Amagazih, dan Zoalang.

Oleh karena prestasi yang ditunjukkan oleh Erick William selama menjadi pelatih Sriwijaya FC, akhirnya manajemen pun memutuskan untuk melakukan pemecatan terhadap Erick William. Alasan pemecatannya antara lain dikarenakan tidak membaiknya posisi Sriwijaya FC di klasemen sementara kompetisi dan juga keadaan manajemen Sriwijaya FC yang belum stabil dikarenakan baru pertama kali mengelola klub sepak bola professional yang berlaga di kompetisi tertinggi di Indonesia.

Setelah dipecat oleh Sriwijaya FC, Erick William ternyata menjadi pelatih PSMS Medan. Prestasi yang didapatkan oleh Erick William bersama PSMS Medan, juga tidak terlalu beredar luas di dunia maya. Ketika kita memasukkan kata kunci Erick William dan PSMS Medan, maka kita akan mendapatkan berbagai informasi diantaranya adalah rasa pusing yang didapatkan oleh Erick William dikarenakan hanya mendapatkan hasil imbang 2-2 ketika bermain menghadapi Persita Tangerang pada tanggal 14 Oktober 2008 di Stadion Jatidiri, Semarang.

Gol PSMS pada waktu itu dicetak oleh Fabricio Bastos dan Leonardo Martins melalui tendangan penalti diakhir babak kedua. Total sebanyak lima kali pertandingan yang kandang yang dilakukan oleh PSMS Medan, tidak pernah mendapatkan kemenangan. (kompas.com | PSMS Imbang Lagi, Erick Williams Pusing)

Kini, informasi terakhir yang berhasil dikumpulkan, Erick William menjadi pelatih salah satu klub sepak bola yang berlaga di kompetisi negara Myanmar. Klub tersebut bernama Yangon United Football Club.

Yangon United Football Club merupakan klub sepak bola yang bermarkas di Aung San Stadium stadion negara Myanmar. Klub yang berjuluk The Lions ini dimiliki oleh bisnisman yang bernama Tay Za ini, pertama kali mengikuti kompetisi tertinggi di Myanmar pada tahun 2009 dan berhasil menjadi runner-up pada tahun yang sama. (Wikipedia.org | Yangon United F.C.)

Prestasi Yangon United dibawah kepelatihan Erick William, sangatlah membanggakan. Hingga tulisan ini dibuat, Yangon United Football Club berada di peringkat kedua dengan total 22 pertandingan yang telah dilalui dan terdiri dari 14 klub yang mengikuti kompetisi. Yangon United berhasil mendapatkan 48 poin dari total 14 kali kemenangan, 6 kali hasil imbang, 2 kali mendapatkan kekalahan, 57 kali memasukkan bola ke gawang lawan, dan 15 kali kemasukkan bola. (Website Persatuan Sepak Bola Myanmar : http://www.myanmarnationalleague.com/league-table diakses tanggal 09 Agustus 2012)


2. Jenni Wardin (2005)

Setelah manajemen Sriwijaya FC secara resmi melakukan pemecatan terhadap Erick William, maka kursi sebagai pelatih utama di Sriwijaya FC pada musim 2005 tersebut, secara otomatis langsung kosong. Jenni Wardin yang pada waktu Erick William menjadi pelatih Sriwijaya FC menjabat sebagai asisten pelatih, langsung diberikan kepercayaan oleh manajemen untuk menjadi pelatih utama di Sriwijaya FC.

Prestasi Jenni Wardin sebelum menjadi asisten pelatih ataupun pelatih utama di Sriwijaya FC, memang tidak terlalu banyak terdengar. Diantara prestasi yang telah didapatkan oleh Jenni Wardin adalah menjadi pelatih Semen Padang dan berhasil mengalahkan Thailand dengan kemenangan akhir 4-2 pada pertandingan Turnamen Sepak Bola Piala Dr TD Pardede pada bulan September tahun 2000 yang lalu. Pada waktu mengalahkan Thailand, gol semen padang di cetak oleh Erol FX Iba, dua gol dari Purwanto, dan satu gol terakhir dicetak oleh Nico Susanto.

Pertandingan tersebut, merupakan pertandingan yang dianggap sebagai ajang pemanasan bagi para pemain Semen Padang karena pada waktu itu, Semen Padang sedang bersiap menghadapi kompetisi liga Indonesia yang ketujuh. Jenni Wardin hanya mengajak para pemain Semen Padang untuk menciptakan kemenangan dan tetap menjunjung tinggi sportifitas. (MutiaraHolidays.com | PARDEDE CUP 1999: Semen Padang dan Hartap ke "Grand Final")

Selain mendapatkan kemenangan, Jenni Wardin juga pernah mendapatkan kekalahan. Pada waktu itu, Semen Padang menghadapi Persija Jakarta dalam lanjutan kompetisi Liga Indonesia Bank Mandiri VII. Semen Padang kalah 0-2 dari Persija melalui gol yang dicetak oleh Antonio Claudio serta Budi Sudarsono dan pertandingan tersebut dilaksanakan di stadion Lebak Bulus, Jakarta, pada hari Kamis tanggal 25 Januari 2001. (http://www.tempo.co.id | Persija Bungkam Semen Padang 2-0)

Selama menjadi pelatih Sriwijaya FC ketika menggantikan posisi Erick William, hasil pertandingan dan prestasi yang didapatkan oleh Jenni Wardin tidak terlalu baik. Salah satu hasil pertandingan ketika Jenni Wardin menjadi pelatih Sriwijaya FC adalah harus kalah 0-3 dari PSPS Pekanbaru pada hari Rabu tanggal 18 Mei 2005 ketika pertandingan tersebut dilaksanakan di Stadion Rumbai, Pekanbaru. Gol PSPS Pekanbaru dicetak oleh Gustavo Ortiz, Nova Zainal, dan Rochi Rochy putirai.

PSPS Pekanbaru yang berhasil mengalahkan Sriwijaya FC dan berhak mendapatkan tiga poin, membuat poin sementara yang didapatkan klub yang dilatih oleh Rully Nerre pada waktu itu adalah 12 poin dari 12 pertandingan yang telah dilalui. Sedangkan Sriwijaya FC harus rela berada di peringkat 14 dari 14 klub yang berlaga di Wilayah Barat pada musim tersebut dengan 8 poin yang telah didapatkan. (http://www.riauterkini.com | PSPS Sukses Tekuk Sriwijawa FC 3-0)

Target yang ditetapkan manajemen Sriwijaya FC agar Jenni Wardin bisa membawa Sriwijaya FC berada di wilayah aman kompetisi, ternyata tidak berhasil diwujudkan dan Jenni Wardin pun akhirnya dipecat oleh manajemen Sriwijaya FC dan digantikan oleh Suimin Diharja.


Suimin Diharja
3. Suimin Diharja (2005/2006)

Setelah melakukan dua kali pergantian pelatih pada musim 2005 dikarenakan hasil yang didapatkan oleh Sriwijaya FC masih membahayakan, akhirnya manajemen Sriwijaya FC pun memutuskan untuk merekrut Suimin Diharja sebagai pelatih Sriwijaya FC pada sisa musim tersebut. Target yang ditetapkan oleh manajemen Sriwijaya FC pada waktu itu, tidak terlalu tinggi, hanya meminta agar Suimin Diharja bisa membuat Sriwijaya FC tidak terdegradasi.

Ternyata, keputusan manajemen untuk merekrut Suimin Dijarka yang dikenal sebagai “Pelatih Kampung” ini tidak salah. Peringkat Sriwijaya FC semakin membaik. Beberapa pertandingan yang telah dilalui, terdapat kemenangan yang berhasil diciptakan. Hasilnya, Sriwijaya FC berada di peringkat 9 klasemen akhir Wilayah Barat Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2005 tersebut. (http://id.wikipedia.org | Divisi Utama Liga Indonesia 2005)

Memasuki awal musim kompetisi tahun 2006, Sriwijaya FC mulai mendatangkan pemain-pemain baru dengan tujuan untuk dapat memperbaiki peringkat Sriwijaya FC agar lebih baik dari musim sebelumnya. Adapun pemain-pemain yang didatangkan oleh manajemen dan pelatih Sriwijaya FC adalah Emeka Okoye, Stephen Mennoch, Antoni Ihnibong, dan Patricio Jimenez. Selain itu, dua orang pemain Indonesia yaitu Andi Odang dan Nico Susanto pun juga direkrut oleh Sriwijaya FC. Namun, pada pertengahan musim kompetisi, Emeka Okoye, Antoni Ihnibong, dan Stephen Mennoch, dilepas oleh manajemen Sriwijaya FC dan diganti dengan Torik El Jannaby, Frank Seator, dan Bradley Scott.

Target yang diberikan oleh manajemen Sriwijaya FC kepada Suimin Diharja pada musim 2006/2007 yaitu berada di papan tengah klasemen akhir, berhasil diwujudkan oleh pelatih yang lebih senang dipanggil “Abang” dan juga sering menggunakan “topi pet”. Sriwijaya FC berada di Peringkat 6 klasemen akhir Divisi Utama Liga Indonesia tahun 2006 dan Sriwijaya FC pun mulai dikenal oleh banyak orang karena sering menjadi batu sandungan bagi klub lain dalam perjalanan kompetisi musim tersebut. (http://id.wikipedia.org | Divisi Utama Liga Indonesia 2006)

Namun, dikarenakan prestasi Sriwijaya FC yang belum stabil yaitu ketika Sriwijaya FC bermain di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring sering menang dan imbang, namun ketika bermain di kandang lawan sangat susah mendapatkan kemenangan, Suimin Diharja pun akhirnya secara resmi tidak diperpanjang lagi kontraknya sebagai pelatih untuk musim 2007/2008.

Walaupun telah dipecat, namun nama Suimin Diharja masih tetap melekat di hati para penggemar Sriwijaya FC. Setiap kali datang ke Palembang, Suimin Diharja yang melatih Persikabo, PSMS, Persitara, dan Persijap Jepara setelah menjadi pelatih Sriwijaya FC, selalu diterima dengan baik dan dengan suasana persaudaraan oleh para penggemar Sriwijaya FC dan tanpa ragu, Suimin Diharja pun mengucapkan bahwa ketika ke Palembang, dirinya terasa seperti pulang kampung.

“Saya ucapkan assalamulaikum untuk Singa Mania, Sriwijaya Mania dan seluruh suporter SFC, maklum saya tahu ada suporter lainnya (Beladas) yang setia mendukung SFC,” Kata Suimin Diharja. (http://palembang.tribunnews.com | Saya Pulang Kampung)


Rahmad Darmawan (http://www.supersoccer.co.id)
4. Rahmad Darmawan (2007/2008 – 2009/2010)

Setelah musim 2006/2007 selesai dan manajemen Sriwijaya FC memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Suimin Diharja, akhirnya manajemen pun mengambil keputusan untuk segera mencari pelatih baru guna menghadapi musim 2007/2008.

Sebelum kompetisi musim 2007/2008 berjalan, manajemen pun melibatkan semua elemen Sriwijaya FC dalam hal memberikan masukan mengenai nama pelatih yang pantas menjadi pelatih utama Sriwijaya FC pada musim tersebut. Terdapat beberapa nama yang diusulkan oleh elemen Sriwijaya FC, diantaranya adlah Daniel Roekito, Danurwindo, Bonggo Pribadi, Jaya Hartono, Yusak Susanto, Sultan Harhara, dan Mustakim. Setelah dipertimbangkan lebih lanjut, nama Danurwindo dan Rahmad Darmawan merupakan calon pelatih yang mendapatkan suara terbanyak. Namun akhirnya, manajemen Sriwijaya FC pun memutuskan untuk merekrut Rahmad Darmawan.

Rahmad Darmawan pun dikontrak sebagai pelatih utama oleh manajemen Sriwijaya FC. Pada waktu itu, target yang ditetapkan oleh manajemen Sriwijaya FC adalah menjadi juara. Guna mewujudkan target tersebut, manajemen Sriwijaya FC bersama dengan Ramhad Darmawan mendatangkan pemain-pemain baru seperti Christian Lenglolo, Ambrizal, Christian Worabay, Zah Rahan, Keith Kayamba Gumbs, dan Benben Berlian.

Musim 2007/2008 tersebut merupakan sejarah baru bagi Sriwijaya FC. Klub yang bermarkas di kota Palembang dan merupakan kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan tersebut, berhasil menjadi juara Divisi Utama Liga Indonesia setelah mengalahkan PSMS Medan dengan kedudukan akhir 3-1 pada tanggal 10 Februari 2008 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung.

Pada musim 2007 tersebut, peserta kompetisi terdiri dari 36 klub sehingga harus menggunakan sistem dua wilayah. Masing-masing wilayah berisi 18 klub. Pada klasemen akhir wilayah satu, Sriwijaya FC berhasil menjadi peringkat pertama dengan total 66 poin dari 34 pertandingan yang telah dijalani dengan rincian 20 kali mendapatkan kemenangan, 6 kali hasil imbang, dan 8 kali mendapatkan kekalahan serta memasukkan gol sebanyak 59 kali dan kemasukkan gol sebanyak 31 kali.

Oleh karena berhasil menduduki peringkat pertama wilayah satu, Sriwijaya FC berhak melaju ke babak 8 besar diikuti oleh Persija, PSMS Medan, dan Persik Kediri. Sedangkan wilayah dua diisi oleh Persipura, Persiwa, Deltras, dan Arema Indonesia. Setelah dilakukan pengundian, Sriwijaya FC berada di grup A bersama Persiwa, PSMS, dan Arema Indonesia. Sedangkan grup B diisi oleh Persipura Jayapura, Persija Jakarta, Deltras Sidoarjo, dan Persik Kediri.

Pada pertandingan final yang mempertemukan antara PSMS Medan dengan Sriwijaya FC di Stadion Si Jalak Harupan, Sriwijaya FC berhasil menang 3-1 melalui gol yang dicetak oleh Obiora, Keith Kayamba Gumbs, dan Zah Rahan. Kemenangan tersebut membuat Sriwijaya FC untuk pertama kalinya berhasil menjadi klub termuda yang berhasil menjuarai kompetisi tertinggi di Indonesia, pada waktu itu masih berusia tiga tahun.

Selain berhasil menjuarai Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2007/2008 tersebut, Sriwijaya FC dibawah pelatih Rahmad Darmawan, berhasil mendapatkan gelar juara Piala Indonesia pada musim 2007/2008 setelah mengalahkan Persipura melalui tendangan penalti dengan kedudukan akhir 4-1 setelah sebelumnya hanya bermain imbang 1-1 pada tanggal 13 Januari 2008. Hasilnya, Sriwijaya FC menjadi klub pertama yang berhasil mendapatkan gelar juara secara bersamaan dalam satu musim sehingga dicatat dalam buku Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai klub sepak bola pertama yang berhasil mendapatkan gelar Juara Kompetisi Tertinggi dan juga Juara Piala Indonesia secara bersamaan pada tahun 2007/2008.

Setelah musim 2007/2008 berlalu, Rahmad Darmawan beserta manajemen Sriwijaya FC mulai melakukan perbaikan. Pemain yang dianggap tidak memberikan kontribusi yang sangat baik kepada Sriwijaya FC, kontrak mereka akhirnya tidak diperpanjang. Salah satu pemain yang dilepas adalah Christian Lenglolo dan manajemen pun merekrut Ngon A Djam.

Musim 2008/2009 yang sudah tidak lagi menggunakan nama Divisi Utama Liga Indonesia dan diganti dengan nama Liga Super Indonesia (LSI) atau Indonesian Super League (ISL), merupakan musim yang kurang berpihak dengan Sriwijaya FC. Sriwijaya FC gagal mempertahankan posisi sebagai juara bertahan. Pada saat itu, Sriwijaya FC berada pada posisi ke 5 dari 18 klub yang mengikuti kompetisi. Persipura Jayapura menjadi juara dengan total poin 80 dari total 34 pertandingan yang telah dilalui dan mendapatkan 25 kali kemenangan, 5 kali hasil imbang, dan 4 kali kekalahan serta memasukkan bola sebanyak 81 kali dan kemasukkan sebanyak 25 kali. Sedangkan Sriwijaya FC berhasil mendapatkan kemenangan sebanyak, 15 kali, hasil imbang sebanyak 9 kali, dan kekalahan sebanyak 10 kali serta memasukkan bola sebanyak 60 kali dan kemasukkan bola sebanyak 45 dengan total nilai sebanyak 54 poin dari total 34 pertandingan yang telah dijalani.

Walaupun gagal mempertahankan gelar Juara ISL, Rahmad Darmawan dan pemain, tetap memberikan gelar juara kepada Sriwijaya FC pada musim tersebut. Gelar juara yang berhasil didapatkan adalah gelar juara Copa Dji Sam Soe (Piala Indonesia) untuk kedua kalinya setelah mengalahkan Persipura Jayapura dengan kedudukan akhir 3-0 pada tanggal 28 Juni 2009 dan pemain Sriwijaya FC yang bernama Richard Anaoure Obiora menjadi pemain terbaik Piala Indonesia pada musim tersebut.

Musim 2009/2010 merupakan musim yang terakhir bagi Rahmad Darmawan bersama Sriwijaya FC. Ketika diakhir sisa kontraknya tersebut, Rahmad Darmawan kembali mempersembahkan gelar juara Piala Indonesia untuk yang ketiga kalinya setelah berhasil mengalahkan Arema Indonesia dengan kedudukan akhir 2-1 melalui gol yang dicetak oleh Keith Kayamba Gumbs dan Pavel Solomin pada tanggal 01 Agustus 2010. (Youtube.com | Sriwijaya fc vs Arema (2-1) Piala Indonesia 2010)

Selama bersama Sriwijaya FC, Rahmad Darmawan yang pernah menjadi pelatih Persikota, Persipura, dan Persija tersebut, telah menjadi bagian dari Sejarah Sriwijaya FC dalam pencapaian prestasi yang telah didapatkan oleh Sriwijaya FC dan juga telah menjadi salah satu legenda bagi Sriwijaya FC karena pelatih yang lahir di Metro, Lampung, pada tanggal 26 November 1966 yang lalu, telah berhasil mempersembahkan satu gelar juar Divisi Utama Liga Indonesia dan tiga gelar juara Piala Indonesia bagi masyarakat penggemar Sriwijaya FC.


Ivan Kolev
5. Ivan Venkov Kolev (2010/2011)

Setelah Rahmad Darmawan tidak lagi menjadi pelatih Sriwijaya FC, manajemen Sriwijaya FC pun langsung mencari pengganti yang akan menjadi pelatih Sriwijaya FC pada musim 2010/2011. Setelah dilakukan penyeleksian dengan berbagai pertimbangan, akhirnya nama Ivan Venkov Kolev pun terpilih sebagai pelatih Sriwijaya FC pada musim tersebut.

Ketika direkrut oleh dengan nilai kontrak yang kurang lebih satu miliar, pelatih yang lahir di Sofia, Bulgaria, pada tanggal 14 Juli 1957 ini, diberikan target oleh manajemen Sriwijaya FC untuk mendapatkan dua gelar juara yaitu gelar juara Indonesian Super League dan gelar juara Piala Indonesia.

Setelah secara resmi menjadi pelatih Sriwijaya FC, Ivan Kolev pun berjanji akan memberikan prestasi yang maksimal bagi Sriwijaya FC di kompetisi Indonesian Super League (ISL) dan juga Piala Indonesia.

“Yang jelas saya akan memberikan hasil maksimal bagi SFC. Saya akan coba mengembalikan SFC ke puncak kejayaan dengan meraih juara ISL dan Piala Indonesia. Managemen SFC menginginkan ini dan saya akan berusaha secara maksimal memenuhinya,” Kata Ivan Kolev. (http://buanasumsel.com | Ivan Kolev Janji Bawa SFC ke Puncak Prestasi)

Namun ternyata, Ivan Kolev gagal mewujudkan target tersebut. Ivan Kolev hanya bisa membawa Sriwijaya FC menduduki peringkat 5 klasemen terakhir kompetisi Indonesian Super League musim 2010/2011 yang lalu. Sedangkan pada musim tersebut, Piala Indonesia tidak dilaksanakan. Otomatis, Ivan Kolev gagal mewujudkan target yang diberikan manajemen Sriwijaya FC dan kontrak Ivan Kolev pun tidak diperpanjang.

Walaupun tidak berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan oleh manajemen Sriwijaya FC, namun Ivan Kolev bisa mempersembahkan dua gelar juara yang belum didapatkan oleh Sriwijaya FC. Gelar juara tersebut adalah gelar juara Inter Island Cup dan gelar juara Community Shield pada tahun 2010.

Gelar juara Inter Island Cup didapatkan oleh Sriwijaya FC setelah mengalahkan Persiwa Wamena dengan kedudukan akhir 2-0 melalui Budi Sudarsono dan Park Jung Hwan pada hari Ahad tanggal 05 September 2010 di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang. Sedangkan gelar juara Community Shield didapatkan oleh Sriwijaya FC setelah mengalahkan Arema Indonesia dengan kedudukan akhir 3-1 melalui gol yang dicetak oleh Budi Sudarsono, Keith Kayamba Gumbs, dan Claudiano Alves dengan lokasi pertandingan yaitu di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada tanggal 25 September 2010.

Setelah musim 2010/2011 selesai dan Ivan Kolev dipecat, akhirnya manajemen Sriwijaya FC menunjuk Kas Hartadi yang merupakan mantan asisten pelatih Ivan Kolev, menjadi pelatih utama Sriwijaya FC pada musim 2011/2012.

Berita sebelumnya : Penjaga Gawang Sriwijaya FC Musim 2011/2012

Selasa, 31 Juli 2012

Penjaga Gawang Sriwijaya FC Musim 2011/2012

Logo Sriwijaya FC ( internet / sriwijaya-fc.com )
Masyarakat penggemar Sriwijaya FC, mungkin sangat beruntung ketika Sriwijaya FC memiliki empat orang penjaga gawang yang terbaik. Selain mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menjaga gawang, empat orang penjaga gawang Sriwijaya FC tersebut juga tampan dan ramah sehingga menjadi idola bagi masyarakat penggemar Sriwijaya FC.

Adapun nama dari keempat penjaga gawang Sriwijaya FC tersebut adalah Ferry Rontinsulu, Rifky Mokodompit, Andi Irawan, dan Try Hamdani Goentara.

Masyarakat Penggemar Sriwijaya FC dan juga penggemar sepak bola nasional, tentunya sangat mengetahui siapa Ferry Rotinsulu. Penjaga gawang utama Sriwijaya FC ini, lahir di Palu, Provinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 28 Desember 1982 yang lalu. Sebelum membela Sriwijaya FC, Ferry Rotinsulu merupakan penjaga gawang Persijatim FC yang juga merupakan teman satu tim dari Ismed Sofyan, Eka Ramdhani dan Maman Abdurrahman sebelum musim tahun 2005 yang lalu.

Setelah Persijatim FC di take over oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, banyak juga mantan pemain Persijatim yang memilih untuk tidak bergabung dengan Sriwijaya FC. Mereka lebih memilih untuk pindah klub lain. Namun, ada juga beberapa orang pemain yang masih tetap bergabung dengan Sriwijaya FC, diantaranya adalah Ferry Rotinsulu dan Tony Sucipto.

Minggu, 29 Juli 2012

Pelatih Sriwijaya FC musim 2011/2012

Logo Sriwijaya FC ( internet / sriwijaya-fc.com )
Musim 2011/2012 adalah musim yang sangat berharga bagi para pelatih Sriwijaya FC. Pada musim ini, empat orang pelatih dengan tugas dan wewenang masing-masing, berhasil membawa Sriwijaya FC menjuarai kompetisi Indonesian Super League dan juga Perang Bintang yang dilakukan pada tanggal 15 Juli 2012 yang lalu. Empat orang pelatih Sriwijaya FC tersebut adalah Kas Hartadi, Hartono Ruslan, Keith Kayamba Gumbs, dan Indra Yadi.

Pada awalnya, sebagian masyarakat penggemar Sriwijaya FC terkejut ketika nama Kas Hartadi diumumkan sebagai pelatih Sriwijaya FC meneruskan kepimpinan Ivan Kolev yang tidak berhasil membawa Sriwijaya FC menjadi juara Indonesian Super League musim 2010/2011. Penggemar Sriwijaya FC terkejut, mungkin dikarenakan belum begitu banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh Kas Hartadi dalam melatih tim senior pada sebuah klub sepak bola di Indonesia.

Nama Kas Hartadi sebenarnya tidak terlalu asing bagi sebagian penggemar Sriwijaya FC. Sebelum secara resmi diumumkan sebagai pelatih, mantan pemain Areseto yang lahir di Solo, 6 Desember 1970 yang lalu, merupakan asisten pelatih Ivan Kolev pada musim 2010/2011. Selain itu, Kas Hartadi juga menjadi pernah melatih di Sekayu Youth Soccer Academy (SYSA) dan membawa tim suratin (U-18) Musi Banyuasin, Persimuba, masuk final piala Suratin dan menjadi Runner Up setelah kalah 1-2 ketika berhadapan dengan Arema. Setelah itu, Kas Hartadi pun melatih Sriwijaya FC U-18 dan membawa Sriwijaya FC menjadi klub yang disegani pada kompetisi Indonesian Super League U-18.

Manajemen Sriwijaya FC Musim 2011/2012

Logo Sriwijaya FC ( internet / sriwijaya-fc.com )
Musim 2011/2012 merupakan musim yang memiliki tantangan yang sangat berat bagi jajaran manajemen Sriwijaya FC. Pada musim 2011/2012 tersebut, setiap klub sepak bola professional yang ada di Indonesia, tidak diperbolehkan oleh Menteri Dalam Negeri melalui keputusan mendagri nomor 01 tahun 2011 terkait tentang larangan bagi klub sepak bola profesional menerima kucuran dana APBD.

Oleh karena itu, jajaran manajemen Sriwijaya FC yang terdiri dari Pembina, Presiden Klub, Direktur Teknik dan Sumber Daya Manusia, Direktur Keuangan, dan Sekretaris Umum PT. Sriwijaya Optimis Mandiri, berusaha sekuat tenaga guna menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Sumatera Selatan untuk menjadi sponsor Sriwijaya FC musim 2011/2012 yang lalu.

Hasil dari kerja sama tersebut sangatlah membanggakan. Sriwijaya FC sukses melalui musim 2011/2012 dengan lancer dan juga sukses menjadi klub pertama yang menjuarai Indonesian Super League tanpa menggunakan dana APBD.

Pembina Sriwijaya FC musim 2011/2012 dijabat oleh Ir. H. Alex Noerdin, SH. Selain menjabat sebagai Pembina Sriwijaya FC, Ir. H. Alex Noerdin, SH, juga merupakan Gubernur Sumatera Selatan yang dibanggakan oleh masyarakat. Sebagai Gubernur, Ir. H. Alex Noerdin, SH, telah menjadi pelopor pemberian fasilitas program pendidikan gratis dan berobat gratis kepada masyarakat Sumatera Selatan dan tentunya akan bermanfaat bagi mereka.

Serba serbi perang bintang

Perang Bintang ( internet / zonaterbaik.com )
Minggu malam tanggal 15 Juli 2012, bertempat di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, Manajemen Sriwijaya FC menjadi panitia pelaksana pertandingan Perang Bintang yang mempertemukan antara Sriwijaya FC melawan dua puluh orang pemain yang berlaga di kompetisi Indonesian Super League dan tergabung dalam tim ISL All Star. Hasil akhir pertandingan tersebut adalah kemenangan buat Sriwijaya FC setelah Rifky Mokodompit menjadi pahlawan karena berhasil menggagalkan dua tendangan penalti yang dilakukan oleh pemain ISL All Star.

Pertandingan tersebut berlangsung sangat menarik dan menghibur serta membuat jantung para penggemar Sriwijaya FC berdetak kencang karena Sriwijaya FC sempat tertinggal 0-1 terlebih dahulu melalui gol yang dicetak oleh Alberto Goncalves. Selain penampilan yang cantik dan menarik dari pemain yang berlaga, ada juga kisah-kisah unik dan menarik yang menurut saya pantas untuk diperhatikan sehingga bisa diambil sebuah kesimpulan, manfaat, ataupun pelajaran dari kisah tersebut.

Rabu, 25 Juli 2012

Perang Bintang : Pembuktian Rifky Mokodompit

Rivky Deython Mokodompit ( internet / sripoku.com )
Setelah Sriwijaya FC berhasil menjuarai kompetisi dan menyelesaikan sisa pertandingan di kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012, pemain Sriwijaya FC ditantang oleh pemain yang berlaga di ISL musim 2011/2012 yang tergabung dalam nama ISL All Star yang berjumlah dua puluh orang dalam pertandingan yang berjudul Perang Bintang 2012.

Bertempat di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, pertandingan tersebut dilaksanakan. Disaksikan puluhan ribu penonton yang memadati stadion dan juga disaksikan oleh jutaan pasang mata melalui layar kaca, pertandingan babak pertama berlangsung sangat aktraktif dan sangat menarik.

Ketika wasit Thoriq Alkhatiri menipukan peluit tanda babak pertama dimulai, para pemain Sriwijaya FC yang mendapatkan tendangan bola pertama kali, langsung berusaha menguasai jalannya pertandingan. Serangan dari kaki ke kaki, terus dibangun oleh pemain Sriwijaya FC guna menekan pertahanan ISL All Star dan mencetak gol sehingga mendapatkan kemenangan.

Semua elemen Sriwijaya FC, galau

Logo Sriwijaya FC ( internet / sriwijaya-fc.com )
Walaupun Sriwijaya FC sudah dipastikan menjadi juara kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012, namun rasa galau masih menyelmiuti jajaran manajemen dan elemen Sriwijaya FC yang lainnya. Satu alasan yang membuat mereka galau adalah mengenai kepastian berlaga di kompetisi Liga Champion Asia.

Seperti ktia ketahui bersama bahwa manajemen Sriwijaya FC lebih memilih untuk berlaga di Kompetisi Indonesian Super League (ISL) daripada berlaga di kompetisi Indonesian Premier League (IPL) yang diakibatkan dualisme dalam kepengurusan PSSI. Keputusan untuk berlaga di Indonesian Super League dikarenakan klub yang berlaga di IPL, kekuatannya tidak merata sedangkan klub-klub besar dan berpengalaman, semuanya memilih untuk berlaga di ISL.

Sedangkan alasan lain yang membuat manajemen Sriwijaya FC lebih memilih untuk berlaga di ISL adalah karena pengurus PSSI dibawah kepemimpinan Djhohar Arifin dinilai telah melanggar aturan, memasukkan klub-klub yang seharusnya terdegradasi ataupun menjalani hukuman, kembali berlaga di kompetisi PSSI. Tentu saja keputusan ini membuat klub-klub lain menjadi marah karena untuk masuk kompetisi tertinggi di Indonesia, harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, mengeluarkan tenaga, dan juga bukan tidak mungkin akan mengorbankan darah guna berada di kasta tertinggi di Indonesia.

Ada yang unik dari Sriwijaya FC

Logo Sriwijaya FC ( internet / sriwijaya-fc.com )
Ketika kita mau menyempatkan waktu sejenak guna mempelajari apa yang dialami oleh Sriwijaya FC selama lima tahun terakhir, maka kita akan mendapatkan suatu fakta yang unik. Ini bukan tentang pemain, pelatih, ataupun selebrasi gol yang dilakukan oleh pemain, melainkan gelar juara Indonesian Super League yang didapatkan oleh Sriwijaya FC musim 2011/2012 ini.

Kita tentu mengetahui bahwa Sriwijaya FC telah dua kali mendapatkan gelar juara. Gelar pertama yang didapatkan yaitu pada tahun 2007 yang lalu dan gelar kedua yaitu pada musim 2011/2012 yang baru saja selesai.

Pada saat tahun 2007 yang lalu, Sriwijaya FC berhasil menjuarai Divisi Utama Liga Indonesia setelah mengalahkan PSMS medan dengan kedudukan akhir 3-1 melalui gol yang dicetak oleh Anoure Richard Obiora, Keith Kayamba Gumbs, dan Zah Rahan Krangar. Setelah pertandingan final tersebut selesai dan Sriwijaya FC menjadi juara, maka kompetisi dengan nama Divisi Utama Liga Djarum, telah berakhir dan berganti nama menjadi Indonesian Super League.

Setelah tahun 2007 tersebut, Sriwijaya FC kembali mendapatkan juara pada musim 2011/2012 dengan nama kompetisi yang baru, yaitu Indonesian Super League. Setelah lima tahun menanti, Sriwijaya FC akhirnya menjadi klub sepak bola terakhir yang menjuarai kompetisi dengan nama Indonesian Super League.

Rekor di musim 2011/2012

Logo Sriwijaya FC ( internet / sriwijaya-fc.com )
Musim 2011/2012 kompetisi Indonesian Super League telah selesai dan dipastikan Sriwijaya FC menjadi juara pada musim tersebut dan akan dilaksanakan penyerahan piala Indonesian Super League pada saat perang bintang tanggal 15 Juli 2012 nanti di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.

Pada musim ini, terdapat banyak sekali rekor yang menarik untuk kita perhatikan. Diantara banyak rekor tersebut yaitu Sriwijaya FC bisa menciptakan rekor terbaru dengan memutuskan rekor tidak pernah menang pada saat pertandingan perdana dan berhasil menang seratus persen pada pertandingan kandang, serta mempunyai rekor memasukkan gol paling banyak ke gawang lawan dan kemasukkan gol paling sedikit.

Kita semua tentu mengetahui bahwa Sriwijaya FC termasuk kedalam kategori klub sepak bola yang masih muda yaitu akan berusia delapan tahun pada tanggal 23 Oktober 2012 nanti. Sriwijaya FC pada awalnya merupakan klub dengan nama Persijatim dan kemudian di take over oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan segala hak yang dimiliki yaitu bisa merubah nama, pemain, lambing, dan juga markas sebagai tempat latihan dan tempat bertanding.

Selama delapan tahun tersebut, Sriwijaya FC telah berhasil mendapatkan berbagai gelar, diantaranya yaitu Juara Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2007, Juara Piala Indonesia pada musim 2007/2008, 2008/2009, 2009/2010, Juara Inter Island Cup 2011, Juara Community Shield, dan terakhir adalah Juara Kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012 dan juga menjadi juara pada Perang Bintang yang mempertemukan antara Sriwijaya FC dengan ISL All Star yang diisi oleh dua puluh orang pemain bintang yang berlaga di ISL musim tersebut.

Selasa, 24 Juli 2012

Kisruh PSSI, Ada juga untungnya

Kisruh PSSI ( internet/goligog.wordpress.com)
Sudah satu musim kompetisi berjalan dan kompetisi itu pun telah selesai. Namun, kericuhan yang terjadi terhadap pengurus PSSI pusat, ternyata tidak selesai-selesai. Entah apa yang ada difikiran mereka, kericuhan yan telah berlangsung selama satu kompetisi ini, telah menimbulkan banyak sekali kerugian, baik kepada pemain, klub sepak bola ataupun terhadap tim nasional Indonesia.

Kita tentu mengetahui bahwa akibat dari kericuhan ini, pemain yang berada di kompetisi Indonesian Super League, tidak diperkenankan untuk memperkuat tim nasional Indonesia. Hasilnya cukup lumayan, tim nasional Indonesia yang diperkuat oleh pemain yang belum berpengalaman, harus menelan kekalahan yang sangat besar yaitu 10-0 dari tim nasional Bahrain pada saat Piala Dunia 2014 zona Asia, hari Rabu (29/2/2012)yang lalu.

Keinginan Hilton yang jadi kenyataan

Hilton dan Penggemar Sriwijaya FC
Setiap pemain sepak bola pasti mempunya cita-cita tertinggi dalam karir mereka. Diantara banyak cita-cita yang mereka miliki, menjuarai sebuah kompetisi tertinggi di suatu negara bersama klub tempat mereka bermain, merupakan salah satu cita-cita yang sangat ingin diwujudkan oleh para pemain, baik di Indonesia ataupun di negara lainnya.

Di Indonesia, sangat banyak pemain dari negara lain yang mencoba peruntungannya untuk menikati suasana sepak bola yang ada di negeri ini. Namun, tidak sedikit dari pemain asing tersebut yang tidak mampu mewujudkan keinginannya guna menjadi juara di kompetisi tertinggi yang terdapat di Indonesia dikarenakan klub tempat mereka bermain, masih belum beruntung.

Hilton Moreira, merupakan salah satu pemain asing yang mencoba peruntungan di kompetisi sepak bola di Indonesia. Pada pertama kali ke Indonesia, Hilton yang lahir di Pindamonhangaba, Brazil, pada 27 Februari 1981 yang lalu, langsung membela klub yang berasal dari Sidoarjo yaitu Deltras.

Meet and Greet Pemain Perang Bintang

Pemain Perang Bintang ( internet / tribunnews.com )
Bertempat di atrium Palembang Indah Mall (PIM), masyarakat Sumatera Selatan khususnya masyarakat kota Palembang, mendapatkan kesempatan untuk bertemu secara langsung atau bahkan berfoto bersama dengan pemain-pemain yang akan berlaga di ajang perang bintang dan akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 15 juli 2012 nanti.

Seperti kita ketahui bersama bahwa Sriwijaya FC merupakan Juara kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012. Sebagai sang juara, maka Sriwijaya FC mendapatkan tantangan dari semua pemain yang berlaga di kompetisi Indonesian Super League yang tergabung dalam nama ISL All Star dan berjumlah dua puluh orang pemain.

Pada acara meet and greet tersebut, beberapa orang pemain Sriwijaya FC tidak bisa hadir dikarenakan ada sesuatu hal yang harus dikerjakan. Nama besar seperti Ferry Rotinsulu, Thierry Gathuessi, Michael Jamie Coyne, Khoirul Huda, Rifky Mokodompit, dan M. Sobran, terlihat hadir pada acara yang disponsori oleh pihak Yamaha yang juga merupakan sponsor Sriwijaya FC musim 2011/2012 yang lalu.

Misi yang sempurna

Nova Arianto ( internet / tribunnews.com )
Sriwijaya FC menutup kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012 dengan sempurna. Berjalan perlahan sejak pertandingan pertama, kemudian panas pada pertengahan kompetisi, akhirnya mendapatkan hasil yang sangat manis di akhir kompetisi yaitu menjadi juara kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012.

Gelar juara tersebut semakin indah berkat rekor yang baru tercipta ketika Sriwijaya FC berhasil menang 1-0 atas Persib melalui gol yang dicetak oleh Nova Arianto pada menit ke 77 sehingga membuat Sriwijaya FC tidak pernah terkalahkan selama tujuh belas kali pertandingan kandang yang dilakukan di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.

Pertandingan terakhir kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012 yaitu melawan Persib, termasuk salah satu pertandingan yang sangat menguras tenaga para pemain dan juga tentunya emosi semua elemen Sriwijaya FC. Bagaimana tidak, sejak wasit Jumadi efendi meniupkan peluit tanda babak pertama dimulai hingga akhir babak pertama, tidak ada gol yang tercipta. Bahkan pada pertandingan tersebut, perasaan semua elemen Sriwijaya FC dan mungkin para pemain Sriwijaya FC itu sendiri, harap-harap cemas. Mereka merasakan hal itu dikarenakan selama babak pertama, pertahanan Persib yang dikomandani oleh Abadanda Herman sangat susah ditembus oleh pemain Sriwijaya FC dan bahkan pemain Persib sangat sering menghasilkan peluang yang mengancam pertahanan Sriwijaya FC.

Beragam arti romantis

Bergandengan Tangan ( internet / hadisida.com )
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan yang berbeda tentang mengartikan kata romantis. Selain berbeda dalam mengartikan kata romatis, setiap manusia juga berbeda-beda cara dalam menghasilkan sebuah tindakan yang romantis ataupun menciptakan suasana yang romantis.

Biasanya, romantis sering identik dengan makan berdua dengan pasangan di tempat makan dengan hanya diterangi cahaya lilin atau bercanda ria di taman sambil menikmati suasana alam yang ada disekitar taman tersebut yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah dan wangi. Begitulah sebagian cara ataupun suasana sehingga disebut romantic oleh sepasang kekasih.

Tetapi ada sebuah suasana romantis lainnya yang menurut saya unik dan menarik. Suasana tersebut adalah pulang bersama dengan pasangan kekasih setelah menyaksikan pemain sepak bola melakukan pertandingan pada suatu kompetisi dan bertepatan dengan malam minggu.

Ayo Ribut Dalam Kebaikan

Persatuan Indonesia ( internet / blogspot )
Terkadang, saya sering merasa heran dengan sikap sebagian besar diantara kita yang selalu menyalahkan supporter ketika terjadinya suatu tindakan kerusuhan dalam sepak bola. Memang, supporter tersebut bersalah, tetapi ada menurut saya, ada juga pihak lain yang secara tidak langsung merestui tindakan tersebut dan mendorong terjadinya kerusuhan.

Kita semua tentu menyadari bahwa peredaran informasi disekeliling kita, sangat banyak dan juga cepat peredarannya. Terkadang, tidak sedikit info yang beredar tersebut adalah info negatif yang sengaja diedarkan dengan tujuan tertentu. Terlepas dari niat penyebaran informasi tersebut, secara otomatis info yang kita dapatkan tersebut akan terekam di alam bawah sadar yang kita miliki.

Seperti kita ketahui bahwa pada saat ini sangat sering kita baca dan kita dengar informasi mengenai kerusuhan yang dikabarkan secara berulang-ulang. Niat penyebaran informasi tersebut memang baik, tetapi jika terus menerus dikabarkan kepada penerima informasi tanpa adanya pemberitaan yang berimbang tentang kebaikan yang dilakukan, maka bukan tidak mungkin alam bawah sadar manusia yang menerima informasi tersebut akan menyimpulkan bahwa kerusuhan dan kericuhan yang terjadi sudah menjadi kebiasaan dan dimaklumi karena tidak ada tindakan tegas dari pihak keamanan.

Impian itu pun akhirnya terwujud

Mimpi ( internet / blogspot )
Setiap manusia yang hidup di dunia ini, pasti mempunyai banyak keinginan. Keinginan tersebut biasanya terdiri dari berbagai bidang yaitu pendidikan, kekayaan, olahraga ataupun yang lainnya. Memang, diantara sekian banyak keinginan yang kita miliki, tidak semuanya bisa terwujud karena mungkin penilaian Tuhan, keinginan tersebut tidak baik bagi kita sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Sebagai seorang penggemar sepak bola, kita tentu mempunyai keinginan untuk bertemu dengan pemain sepak bola yang kita kagumi, berbicara dengan pemain idola, menjadi pemain sepak bola seperti pemain yang diidolakan, atau bahkan menjadi saksi ketika klub sepak bola yang didukung menjadi juara pada sebuah kompetisi.

Saya termasuk orang yang mempunyai keinginan agar bisa menjadi saksi ketika klub sepak bola yang saya sukai yaitu Sriwijaya FC menjuarai kompetisi tertinggi di Indonesia atau bahkan di dunia.

Jumat, 13 Juli 2012

Prasangka yang tidak mempunyai fakta

Fakta ( Sugengprabowo.com )
Setiap kali Sriwijaya FC mendapatkan hasil terbaik ataupun gelar juara, pasti saja muncul pernyataan-pernyataan yang menjelek-jelekkan Sriwijaya FC. Diantara banyaknya pernyataan tersebut, salah satu pernyataan yang sering diucapkan adalah Sriwijaya FC memang sudah dikondisikan untuk menjadi juara pada sebuah kompetisi.

Sebuah pernyataan yang sangat menyakitkan bagi semua elemen Sriwijaya FC. Bagaimana tidak menyakitkan, perjuangan dan usaha yang telah mengorbankan darah, tenaga, dan air mata dalam mendapatkan sebuah target juara, ternyata tidak dihargai oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Mereka dengan sangat mudah mengatakan bahwa Sriwijaya FC memang sengaja telah dipersiapkan untuk menjadi juara.

Negara Republik Indonesia memang menjamin kebebasan bagi rakyatnya untuk menyatakan sebuah pendapat. Tetapi kebebasan tersebut juga dibatasi oleh kebebasan orang lain yang apabila terbukti melaggar kebebasan orang lain, bukan tidak mungkin akan bisa dipidanakan.

Ridwan dan Kayamba, menangkan Sriwijaya FC

M. Ridwan ( Goal.com )
Perburuan yang dilakukan oleh pemain Sriwijaya FC untuk menjadi sang juara dalam kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012 akan segera berakhir jika berhasil mengalahkan Persela Lamongan pada hari Rabu 20 Juni 2012 nanti. Hal ini dikarenakan pada pertandingan sebelumnya, Sriwijaya FC berhasil mengalahkan Arema Indonesia dengan kedudukan akhir 2-1 pada hari Minggu 16 Juni 2012 yang lalu.

Bertempat di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, para pemain Sriwijaya FC langsung menekan pertahanan Arema Indonesia ketika wasit Oki Dwi Putra Senjaya meniupkan peluit tanda babak pertama dimulai. Berbekal kemenangan besar yaitu 5-1 melalui tiga gol yang dicetak oleh Hilton Moreira pada menit ke 22, 37, dan 39, serta dua gol dari Keith Kayamba Gumbs yang dicetak pada menit ke 86 dan 91 ketika bertandang ke markas Arema Indonesia pada 08 Januari 2012 yang lalu, pemain Sriwijaya FC terlihat memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk mengalahkan klub yang dilatih oleh Suharno tersebut.

Tetapi siapa yang menyangka, ternyata Arema Indonesia pada saat pertandingan tersebut, jauh berbeda dengan Arema Indonesia pada saat pertandingan pertama yang dilaksanakan pada putaran pertama yang lalu. Para pemain Sriwijaya FC mengalami sedikit kesulitan untuk mencetak gol dikarenakan bagusnya pertahanan Arema Indonesia dan juga sangat baiknya penampilan penjaga gawang Arema Indonesia yaitu Kurnia Meiga Hermansyah.

Sriwijaya FC, ada apa dengan mu?

Ada apa denganmu ( blogspot / faizmauberkelana )
Kembali, Sriwijaya FC mendapatkan kekalahan yang kedua kali setelah tidak pernah terkalahkan selama 20 kali pertandingan yang dilalui. Sebelumnya, Sriwijaya FC menderita kekalahan 0-3 ketika menghadapi Persija pada hari Minggu tanggal 24 Juni 2012 yang lalu dan pada pertandingan kali ini, ketika menghadapi PSPS Pekanbaru, Sriwijaya FC harus mengakui kemenangan PSPS 1-0 melalui gol yang dicetak oleh Zaenal Arif.

Bermain di Stadion Kuantan Singingi Sport Center penampilan pemain Sriwijaya FC berada dibawah normal. Tendangan-tendangan yang akurat, umpan-umpan yang matang, dan kerja sama tim yang biasa ditunjukkan pada pertandingan sebelumnya, tidak terlihat pada pertandingan melawan PSPS ini. Entah apa yang sedang dirasakan oleh pemain, pertandingan ini sangat membuat penikmat sepak bola dan penggemar Sriwijaya FC menjadi bertanya-tanya. Ada apa dengan Sriwijaya FC?

Lupakan Persija, hadapi PSPS

Hendry Zainuddin ( Facebok.com )
Pemain Sriwijaya FC harus segera melupakan hasil kekalahan yang didapatkan ketika bertanding melawan Persija pada hari Minggu, 24 Juni 2012 yang lalu di Stadion Gelora Bung Karno. Kini saatnya para pemain Sriwijaya FC menatap pertandingan selanjutnya yaitu menghadapi tuan rumah PSPS pekanbaru pada hari Kamis tanggal 28 Juni 2012 nanti

Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa Sriwijaya FC mendapatkan kekalahan perdana setelah tidak pernah terkalahkan selama 20 kali pertandingan terakhir. Pada pertandingan melawan Persija tersebut, Sriwijaya FC bertanding tanpa diperkuat oleh Thierry Gathuessi dan Lim Joon Sik dikarenakan suatu alasan tertentu. Dua gol yang dicetak oleh Rachmat Affandi pada menit ke 17 dan menit ke 63 serta satu gol yang dicetak oleh Pedro Javier Velazquez Insfran berhasil membuat malu sang juara Indonesian Super League musim 2011/2012 tahun ini.

Nanti, ketika Sriwijaya FC bertanding menghadapi tuan rumah PSPS Pekanbaru, sangat besar kemungkinan tidak akan diperkuat oleh penjaga gawang utama yaitu Ferry rontisulu. Ferry diperkirakan tidak bisa turun bertanding dikarenakan mengalami cedera pada kakinya.

Sedangkan pada klub PSPS Pekanbaru, Patrice Nzekou Nguenheu dan Dedi Gusmawan tidak bisa diturunkan pada pertandingan tersebut.

Ketika kejujuran dipertanyakan

Jujur ( internet  / sibatu.blogspot.com )
Sebagian besar diantara kita pasti akan sangat marah besar dan mungkin akan kesal ketika kita dibohongi, walapun tanpa kita sadari, kita juga sering membohongi orang lain. Memang begitulah kebiasaan sebagian manusia yang hanya ingin mendapatkan keuntungan diri sendiri dan merugikan orang lain tanpa mau dirugikan.

Salah satu contohnya adalah ketika Sriwijaya FC menghadapi Arema Indonesia pada hari Minggu tanggal 16 Juni 2012 yang lalu. Pada saat itu, penonton yang datang ke Stadion guna menyaksikan pertandingan tersebut, sangatlah sedikit. Selain dikarenakan cuaca pada hari tersebut sangat panas, pergantian waktu pertandingan juga turun mempengaruhi kurangnya jumlah penonton pada pertandingan tersebut.

Tidak sedikit penjual tiket yang mendapatkan kerugian pada pertandingan tersebut. Biasanya, ketika lima belas menit sebelum pertandingan dimulai, para penjual tiket sudah masuk ke dalam stadion guna menyaksikan pertandingan ataupun pulang kerumah masing-masing karena tiket yang mereka miliki telah habis terjual.

Rekor itu pun patah

Rahmat Affandi ( Internet / Suarajakarta.com )
Sriwijaya FC, pada musim 2011/2012 dikenal sebagai salah satu klub sepak bola yang terbaik di Indonesia. Pada pertandingan yang ke 30 atau sejak melawan Pelita Jaya di Stadion Singaperbangsa pada tanggal 03 Desember 2011 sampai ketika Sriwijaya FC melawan Persela Lamongan pada tanggal 20 Juni 2012 di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, Sriwijaya FC telah mendapatkan kemenangan sebanyak 23 kali, hasil imbang sebanyak 4 kali, dan kalah sebanyak 3 kali. Berdasarkan jumlah tersebut Sriwijaya FC mendapatkan 73 poin dengan jumlah memasukkan gol lebih banyak daripada jumlah kemasukkan gol jika dibandingkan dengan klub yang lainnya yaitu memasukkan gol sebanyak 68 kali dan kemasukkan sebanyak 26 gol.

Tetapi rekor positif tidak pernah terkalahkan 20 pertandingan terakhir, akhirnya berhasil dipatahkan oleh klub lain yaitu Persija. Persija berhasil menjadi pemenang setelah menaklukkan Sriwijaya FC dengan kedudukan akhir 3-0 di stadion Gelora Bung Karno pada hari Minggu tanggal 24 Juni 2012 yang lalu melalui dua gol yang dicetak oleh Rachmat Affandi dan satu gol dari Pedro Javier Velazques Insfran.

Sabtu, 07 Juli 2012

Sriwijaya FC, kamu tidak sendirian

Sriwijaya Mania dan Simanis ( beritapagi.co.id )
Sriwijaya FC termasuk beruntung karena pada setiap pertandingan yang akan dijalani, kemungkinan besar akan diikuti oleh supporter setia mereka. Simanis, Sriwijaya Mania Sumsel, dan Singa Mania yang selalu setia memberikan dukungan kepada pemain Sriwijaya FC untuk mendapatkan hasil terbaik yaitu kemenangan di setiap pertandingan.

Ketika Sriwijaya FC menjalani tour Papua menghadapi Persidafon, dan Persiram yang secara letak geografisnya sangat jauh dari kota Palembang, beberapa orang dari kelompok supporter Singa Mania turut hadir guna memberikan dukungan. Hasilnya cukup lumayan, ketika menghadapi Persidafon, Sriwijaya FC berhasil menahan imbang 2-2 melalui gol yang dicetak oleh Keith Kayamba Gumbs pada menit ke 53 dan Thierry Gathuessi pada menit ke 81. Kemudian ketika menghadapi Persiram, Sriwijaya FC berhasil menang 2-1 melalui gol yang dicetak oleh Hilton Moreira dan Thierry Gathuessi.

Selamat datang Alkayla

Ferry dan Anisha (http://pege17.wordpress.com)
Minggu tanggal 01 Juni 2012, sebagian penggemar Sriwijaya FC yang menyaksikan pertandingan antara Persiba Balikpapan melawan Sriwijaya FC, mungkin akan bertanya mengapa penjaga gawang utama, Ferry Rotinsulu, tidak diturunkan sebagai pemain utama dan ternyata yang turun sebagai penjaga gawang utama adalah Rifky Mokodompit.

Seperti kita ketahui bersama bahwa Ferry Rotinsulu tidak menjalani akumulasi kartu kuning dan turut terbang ke Balikpapan guna menjalani pertandingan tersebut. Namun ternyata, beberapa jam sebelum pertandingan berlangsung, Ferry meminta izin kepada Pelatih dan Manajemen Sriwijaya FC untuk pulang ke Palembang.

Ferry meminta izin pulang ke Palembang guna menemani sang istri yang bernama Anisha Katarima telah melahirkan seorang anak perempuan melalui operasi Caesar. Anak perempuan tersebut lahir pada pukul 03.00 WIB di Rumah Sakit RK. Charitas dengan berat 3,2kg dan panjang 48cm.

Maaf, kami kembali Juara

Sriwijaya FC Juara ISL 2011/2012 (duniasoccer.com)
Rabu tanggal 20 Juni 2012 yang lalu, merupakan hari yang bersejarah bagi masyarakat Sumatera Selatan, Pelatih dan Pemain Sriwijaya FC, dan juga penggemar Sriwijaya FC dimanapun berada. Pada hari tersebut, Sriwijaya FC memastikan diri menjadi juara Indonesian Super League (ISL) musim 2011/2012 setelah menang 3-0 melalui dua gol yang dicetak oleh M. Ridwan dan satu gol yang dicetak oleh Keith Kayamba Gumbs ketika menghadapi Persela Lamongan di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.

Aroma juara yang semakin dekat dan semakin pasti jika Sriwijaya FC bisa berhasil mengalahkan Persela, membuat animo masyarakat penggemar Sriwijaya FC untuk menyaksikan pertandingan tersebut secara langsung di Jakabaring, semakin meningkat. Terbukti, pada pertandingan yang disiarkan secara langsung oleh AnTv tersebut, seluruh bangku di semua tribun hampir semuanya penuh diisi oleh penonton. Bahkan ada penonton yang berdiri guna menyaksikan pertandingan penentuan tersebut.

Senin, 11 Juni 2012

Maaf, kami menang lagi

Siswanto ( internet / vivanews.com )
Para pemain Sriwijaya FC memang memiliki mental untuk menjadi juara kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012 ini. Setiap pertandingan yang dilalui oleh Sriwijaya FC, baik di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring ataupun di kandang lawan, pemain Sriwijaya FC selalu mendapatkan hasil terbaik, salah satunya adalah kemenangan.

Setidaknya mental itulah yang terpancar ketika Sriwijaya FC menghadapi tuan rumah Gresik United pada hari Minggu (10/06) sore. Pada pertandingan yang dilaksanakan di Stadion Petrokimia dan dihadiri sekitar 15.456 orang penonton dan juga Ultras Gresik, pemain Sriwijaya FC tanpa ragu mengalahkan Gresik United dengan kedudukan akhir 5-1.

Strategi pelatih Sriwijaya FC, Kas Hartadi, yang pada pertandingan ini tidak menurunkan Hilton Moreira sebagai pemain utama dikarenakan masih menjalani masa penyembuhan cedera dan memilih untuk menurunkan Siswanto sebagai pemain utama, ternyata berjalan dengan baik. Pada menit ke 11 M. Ridwan berhasil mencetak gol pertama pada pertandingan tersebut setelah memanfaatkan umpan dari Keith Kayamba Gumbs yang menerima umpan manis dari Firman Utina.

Sisi Profesional seorang Ahmad Jufrianto

Ahmad Jufrianto ( Goal.com )
Semua elemen dari sepak bola yang ada di Indonesia, baik itu pemain, pelatih, manajemen, ataupun para supporter dan penonton pasti akan sepakat mengatakan bahwa keputusan wasit tidak dapat diganggu gugat di lapangan. Namun sangat disayangkan, kesepakatan tersebut hanya kesepakatan kosong tanpa implementasi di lapangan.

Kita tentu sering mendengar bagaimana wasit dianiaya oleh pemain, manajemen, ataupun kelompok pendukung suatu klub dikarenakan mereka merasa bahwa keputusan wasit merugikan klub mereka. Lantas, kalau tindakan seperti ini terus terjadi, dimana arti kesepakatan bahwa keputusan wasit tidak bisa diganggu gugat?

Memang tidak semua pemain, manajemen, ataupun kelompoik supporter sepak bola yang melakukan perbuatan seperti itu. Diantara banyaknya pemain sepak bola yang ada di Indonesia, masih banyak para pemain ataupun klub yang melaksanakan keputusan wasit dengan baik dan lapang dada. Salah satu dari pemain tersebut adalah Ahmad Jufrianto dari klub Sriwijaya FC yang merupakan kebanggan masyarakat Sumatera Selatan.

Pada pertandingan antara tim tuan rumah Persiba Balikpapan melawan tim tamu Sriwijaya FC yang dilaksanakan pada 01 Juni 2012 yang lalu, Ahmad Jufrianto yang diturunkan sebagai pemain utama di lini tengah guna menggantikan posisi Ponaryo Astaman yang absen dikarenakan harus menjalani hukuman larangan tidak boleh memperkuat Sriwijaya FC selama satu kali karena akumulasi kartu kuning, bermain sangat baik sejak menit pertama sampai pada akhirnya menit ke 51 ketika akhirnya Ahmad Jufrianto harus keluar karena diberikan kartu merah oleh wasit Djumadi Effendi pada menit ke 52.

Bagi-bagi duit

M. Ridwan ( internet / goal.com )
Sriwijaya FC, selain terkenal sebagai salah satu klub sepak bola terbesar di Indonesia, juga terkenal sebagai klub yang paling produktif pada kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012 ini. Tercatat, hingga pertandingan ke 28 Sriwijaya FC telah memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak 63 kali dan kemasukkan bola sebanyak 25 kali.

Selain itu, kita tentu sepakat bahwa Sriwijaya FC memiliki pemain yang mempunyai gaya unik dan kreatif ketika selesai mencetak gol. Kita tentu masih ingat bagaimana gaya imut yang diperagakan oleh Firman Utina ketika Keith Kayamba Gumbs selesai mencetak gol ke gawang Persiba Balikpapan pada tanggal 15 Januari 2012 yang dijaga oleh I Made Wirawan dan melakukan selebrasi foto bersama dengan pemain Sriwijaya FC yang lainnya.

Jumat, 08 Juni 2012

Menghadapi Beruang Madu

Persiba vs Sriwijaya FC ( internet / blogspot )
Setelah bertarung dengan sekuat tenaga dan akhirnya mendapatkan kemenangan 1-0 pada saat menghadapi Persipura pada hari Minggu (27/05) yang lalu, para pemain Sriwijaya FC harus kembali terbang menuju Balikpapan guna menghadapi Persiba pada hari Jum’at (01/06) nanti dalam lanjutan kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012.

Pada pertandingan ini, Sriwijaya FC sangat besar kemungkinannya tidak akan diperkuat oleh Ponaryo Astaman dan juga Ferry Rotinsulu. Ponaryo Astaman harus ditinggalkan di Palembang karena mendapatkan hukuman tidak boleh memperkuat Sriwijaya FC setelah mengalami akumulasi kartu kuning.

Gaji yang belum dibayarkan

Dodi Reza ( internet / sportiplus.com )
Kabar tidak baik menghamnpiri para penggemar Sriwijaya FC. Ternyata, para pemain Sriwijaya FC, klub yang merupakan kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan dan juga Indonesia, termasuk kedalam daftar beberapa klub sepak bola di Indonesia yang belum membayarkan gaji pemain berdasarkan informasi yang dirilis oleh Assosiasi Pemain Professional Indonesia melalui website http://www.appi-online.com/.

Pada informasi tersebut terdapat tiga belas nama klub yang belum membayar gaji pemain. Adapun nama klub tersebut yaitu Deltras Sidoarjo, Sriwijaya FC, Persija Jakarta, PSM Makassar (IPL), Persema Malang, Pelita Jaya, Persibo Bojonegoro, PPSM, Bontang FC, Persiraja, Persela, Arema Malang, dan Persija Jakarta (ISL). Lebih lanjut pihak APPI mengatakan bahwa mereka akan melakukan pemogokan bermain dan bertanding.

Kegiatan Komunitas Sriwijaya FC

Sriwijaya Facebook Community ( Didin Mtq )
Sriwijaya FC termasuk kedalam kategori klub sepak bola yang beruntung karena memiliki kelompok supporter dan komunitas yang kreatif dan inovatif. Bagaimana tidak beruntung, ketika bermain di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, Sriwijaya FC pasti akan mendapatkan dukungan dari Singa Mania, Simanis, dan Sriwijaya Mania Sumsel berupa teriakan yel-yel serta atraksi yang tentunya membakar semangat para pemain untuk mendapatkan kemenangan pada setiap pertandingan yang dilalui.

Selain memiliki kelompok supporter, Sriwijaya FC juga mempunyai komunitas penggemar yang sangat sering melakukan aksi-aksi sosial ataupun juga menghadiri seminar-seminar yang bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain. Tercatat, beberapa nama komunitas yang dikenal oleh penggemar Sriwijaya FC adalah Sriwijaya FC Kaskus, Komunitas Fans Page Sriwijaya FC, dan Sriwijaya Facebook Community.

Sriwijaya FC vs Persipura, pertandingan yang dinanti

Sriwijaya FC vs Persipura ( Internet / blogspot.com )
Tanggal 27 Mei 2012, para pemain Sriwijaya FC akan menjalani pertandingan yang paling berat diantara pertandingan yang telah dilalui. Pada tanggal tersebut, Sriwijaya FC akan ditantang oleh tim juara tahun lalu dan saat ini menduduki peringkat kedua, yaitu Persipura Jayapura.

Pada musim 2011/2012 ini, Sriwijaya FC telah bertemu satu kali dengan persipura pada tanggal 28 Januari 2012 yang lalu dan bermain di Stadion Mandala, Jayapura. Pada saat itu, Sriwijaya FC harus mengakui keunggulan Persipura 2-1 melalui gol yang dicetak oleh Zah Rahan Krangar pada menit ke 33 dan Alberto Goncalves pada menit ke 83. Sedangkan gol Sriwijaya FC dicetak oleh Ahmad Jufrianto pada menit ke 81.

Pesta yang ternoda

Sriwijaya FC ( internet / beritacyber.com )
Seperti yang sudah diduga oleh sebagian orang bahwa pertandingan antara Sriwijaya FC melawan Persipura akan disaksikan oleh banyak orang, ternyata dugaan tersebut benar karena empat jam sebelum pertandingan tersebut dilaksanakan, calon penonton sudah memadati Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang guna menyaksikan dan mendukung para pemain Sriwijaya FC untuk mendapatkan kemenangan.

Pertandingan melawan Persipura ini merupakan pertandingan yang sangat menarik dan juga sangat ditunggu-tunggu oleh para penggemar Sepak Bola di Sumatera Selatan karena pertandingan ini merupakan pertarungan antara peringkat pertama dan peringkat kedua dan akan sedikit menjadi langkah penentuan siapa yang akan menjadi juara.

Kamis, 24 Mei 2012

Ketika Kas Hartadi diperintah

Kas Hartadi Push Up ( facebook/InfoseputarSriwijayaFC)
Sejatinya, pada sebuah pertandingan sepak bola, seorang pelatih disuruh oleh seorang pemain untuk melakukan push-up, sangat jarang terjadi. Biasanya, pelatih yang menyuruh pemain untuk melakukan push-up dikarenakan melalukan sesuatu hal yang tidak boleh dilakukan.

Namun tidak bagi Sriwijaya FC. Sang pelatih, Kas Hartadi, diperintahkan oleh pemain belakang Sriwijaya FC yang bernama Supardi untuk melakukan push-up sebanyak sepuluh kali. Hal ini dilakukan setelah Supardi mencetak gol yang ketiga bagi Sriwijaya FC sehingga membuat Sriwijaya FC unggul 3-0 ketika menghadapi Persiwa Wamena.

Cedera dan Akumulasi Kartu

Sriwijaya FC vs Persiwa ( Internet / bola.net )

Pertarungan menuju Juara Indonesian Super League musim 2011/2012, tidaklah dilalui oleh Sriwijaya FC dengan begitu mudah. Kejar mengejar poin dan sesekali bergantian menduduki peringkat pertama klasemen sementara walaupun pada saat ini Sriwijaya FC menduduki Peringkat Pertama, sangatlah sulit untuk dilalui. Pertarungan tersebut membutuhkan waktu dan tenaga yang harus dikeluarkan. Selain itu, faktor cedera dan akumulasi kartu juga turut menciptakan seni dalam sebuah perjalanan yang dilalui oleh Sriwijaya FC pada musim ini.

Minggu, 20 Mei 2012

Laga yang berat bagi para pemain Sriwijaya FC

Thierry Gathuessi ( Blogspot.com )
Setelah berhasil menahan imbang tuan rumah Persidafon pada hari Senin (14/05) yang lalu, Sriwijaya FC harus kembali menghadapi klub asal Papua yaitu Persiram (17/05). Pada pertandingan tersebut, Sriwijaya FC berhasil mendapatkan kemenangan 1-2 melalui gol yang dicetak oleh Hilton Moreira dan Thierry Gathuessi.

Pada saat menghadapi Persidafon, para pemain Sriwijaya FC harus terkuras tenaganya dikarenakan cuaca yang sangat panas pada pertandingan tersebut. Ketika Sriwijaya FC menghadapi Persiram, permainan keras dan cenderung mencederai pemain, harus dihadapi oleh para pemain Sriwijaya FC.

Sejak babak pertama dimulai, pertandingan yang dilaksanakan di Stadion Wombik, Sorong, sudah diwarnai dengan pertandingan yang keras. Beruntung Sriwijaya FC bisa mencetak gol pada menit 8 melalui Hilton Moreira. Namun sayang, keunggulan tersebut tidak bertahan lama karena beberapa menit kemudian atau tepatnya pada menit ke 13, penyerang Persiram yang bernama Jean Paul Casimir E. Boumsong berhasil memasukkan bola ke gawang Sriwijaya FC yang dijaga oleh Ferry Rotinsulu. Hingga peluit babak pertama dibunyikan oleh Wasit Prasetyo Hadi, kedudukan 1-1 tetap tidak berubah.

Jumat, 18 Mei 2012

Lawan Persiram, tiga orang pemain Sriwijaya FC absen

Skuad Sriwijaya FC 2011/2012 ( http://bola.vivanews.com )
Setelah sukses mendapatkan satu poin ketika menahan imbang Persidafon pada hari Senin (14/05) yang lalu, Sriwijaya FC akan kembali melanjutkan pertandingan dalam kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012 menghadapi tuan rumah Persiram pada hari kamis (17/05) nanti.

Pada pertandingan tersebut, Sriwijaya FC dipastikan tidak akan diperkuat oleh tiga orang pemain yang mereka miliki yaitu Firman Utina, Seftia Hadi, dan Michael Jamie Coyne. Firman Utina tidak bisa diturunkan dikarenakan cidera hamstring yang diderita oleh dirinya pada saat para pemain Sriwijaya FC menjalani latihan di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, belum pulih secara total. Oleh karena itu, Kas Hartadi akan memilih untuk mengistirahatkan Firman Utina hingga benar-benar pulih karena setelah menghadapi Persiram, para pemain Sriwijaya FC akan menghadapi Persiwa (21/05) dan Persipura (27/05) nanti di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.

Satu Poin dari Sentani

Thierry Gathuessi ( blogspot.com )
Semenjak pertandingan perdana di putaran kedua kompetisi Indonesian Super League musim 2011/2012 dilaksanakan hingga pada saat ini, Sriwijaya FC selalu mendapatkan kemenangan. Tercatat, sudah sebanyak 5 kemenangan yang didapatkan oleh pemain Sriwijaya FC baik ketika bermain di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang atapun di kandang lawan.

Namun, rekor kemenangan tersebut tidak bisa bertambah ketika Sriwijaya FC meladeni tuan rumah Persidafon. Bertempat di Stadion Barnabas Youwe, Sentani, dengan latar belakang penggunungan yang indah, para pemain Sriwijaya FC hanya mendapatkan satu poin dan tetap memperbanyak rekor tidak terkalahkan selama 6 pertandingan terakhir.

Pertandingan yang rencananya akan disiarkan secara langsung oleh AnTv namun dibatalkan dan disiarkan secara tunda tersebut, berakhir dengan kedudukan sama kuat 2-2. Gol Sriwijaya FC dicetak oleh pemain depan Sriwijaya FC yang bernama Keith Kayamba Gumbs dan pemain belakang Sriwijaya FC yang bernama Thierry Gathuessi. Sementara dua gol Persidafon dicetak oleh Yohannes Ferinando Pahabol.