Selasa, 27 Desember 2011

Kasus Bambang Pamungkas cs, masih diusut

Tentunya kita masih ingat peristiwa yang terjadi pada hari Minggu (18/12) malam yang lalu. Bagi para penggemar Sriwijaya FC, peristiwa ini masih terniang dengan jelas diingatan karena kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh oknum pemain persija terhadap pemain Sriwijaya FC yang bernama Hilton Moreira dan Thierry Gathuessi, termasuk kedalam kategori tindak pidana.

Kasus yang diduga melibatkan Bambang Pamungkas tersebut, pada saat ini sedang diusut oleh pihak kepolisian karena pada waktu kejadian, sudah masuk dalam ranah penegak hukum. Bahkan, hari Jum'at yang lalu, Kepala Polisi Resort Kota (Kapolresta) Palembang telah melakukan pra rekonstruksi yang menghadirkan saksi korban dan juga saksi lainnya dari pihak Hotel Swarna Dwipa Palembang yang merupakan tempat kejadian perkara. Sanksi dari pihak hotel tersebut bernama Duddy Purnawan dan Dedi Oktara.

Sejatinya, kita sebagai penikmat pertandingan sepak bola sangat menyayangkan kejadian tersebut. Mereka yang menganggap diri mereka professional, ternyata belum mampu menahan emosi yang sebenarnya harus selesai ketika pertandingan sepak bola selesai dilaksanakan. Apalagi penyebab pengeroyokan tersebut adalah hal sepel yang merupakan bagian dari permainan sepak bola.

Peristiwa pengeroyokan ini disebabkan oleh teknik diving yang dilakukan oleh pemain Sriwijaya FC yang bernama Hilton Moreira. Teknik diving tersebut boleh dilakukan asal tidak diketahui oleh wasit karena merupakan bagian dari teknik bermain sepak bola. Tetapi, jika wasit mengetahui, seseorang yang menggunakan tekhnik tersebut harus siap untuk menerima kartu kuning atau bahkan kartu merah dari sang penguasa di lapangan hijau.

"Awal mula kejadian lantaran Hilton Moreira dipojokkan salah satu pemain Persija yang menyebutnya sering diving (menjatuhkan diri saat bermain). Menanggapi kecaman tersebut Hilton menjawab, biarlah wasit yang mengatur dan menentukan." kata Kapolresta Palembang Kombes Pol Drs Agus Sulistiyono, MSi melalui Kasat Reskrim Kompol Frido Situmorang, SIk, SH. (inilah.com)

Kedua manajemen telah sepakat untuk melakukan perdamaian demi sepak bola Indonesia yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan surat permintaan maaf dari pihak Persija yang ditandatangani oleh Presiden klub yang bernama Ferry Paulus yang ditujukan kepada Presiden Klub Sriwijaya FC yang bernama Dodi Reza.

"Pada hari ini Sriwijaya FC telah menerima Surat dari Persija, Jakarta yang ditandatangani oleh Presiden Klubnya Bapak Ferry Paulus, yang secara resmi telah menyampaikan surat permohonan maaf kepada Sriwijaya FC yang suratnya ditujukan kepada Bapak H. Dodi Reza Alex Noerdin, Presiden Klub Sriwijaya FC atas terjadinya insiden pemukulan/pengeroyokan pada tanggal 18 Desember 2011." Kata Sekretaris PT. Sriwijaya Optimis Mandiri yang bernama Faisal Mursyid.

Walaupun kedua pihak telah melakukan perdamaian, namun kasus ini masih tetap diproses oleh aparat penegak hukum karena kejadian berlangsung diwilayah aparat penegak hukum. Manajemen Sriwijaya FC pun menyatakan bahwa biarlah aparat penegak hukum yang memproses kejadian ini.

"Manajemen sepakat berdamai, ini demi kelangsungan kompetisi, artinya demi kemajuan sepakbola, tetapi untuk ranah hukum kita hormati proses yang sedang berjalan," kata Direktur Keuangan PT Sriwijaya Optimis Mandiri yang bernama Augie Bunyamin pada hari Sabtu (24/12/2011). (tribunnews.com)

Sementara itu, kelompok supporter Sriwijaya FC dari yang bernama BELADAS, mengatakan bahwa alangkah baiknya kalau pemain persija yang terlibat langsung dalam kasus pengeroyokkan tersebut, memimta maaf secara khusus kepada Hilton dan Thierry serta kepada para penggemar Sriwijaya FC secara keseluruhan.

"Kami yakin bahwa manajemen bisa memberi maaf. Tetapi pemain yang jadi korban seperti Thierry Gathuessi dan Hilton Moreira belum tentu bias menerima, apalagi sempat dipukuli. Oleh karena itu, kami menyarankan agar mereka bias meminta maaf kepada Hilton dan Thierry melalui media dan juga mungkin mereka harus mengganti biaya pengobatan sera meminta maaf kepada manajemen dan pengelola Hotel Swarna Dwipa" Kata Ketua BELADAS Korwil SMS yang bernama Eddy Ismail (Sumatera Ekspress, Senin 26 Desember 2011 Halaman 2)

Kini, biarkanlah kasus ini ditangani oleh pihak yang berwajib. Kita sebagai penonton dan pendukung tidak perlu untuk ikut campur karena ini murni tindak kriminal. Kita hanya mendukung pemain dan klub yang kita sayang selama mereka berada di jalur yang benar.

Semoga saja kasus ini menjadi kasus yang terakhir dalam dunia sepak bola di Indonesia. Semoga saja!!!

Palembang, 26 Desember 2011
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo